Setiap pemilik brand pasti ingin produknya dikenal masyarakat secara luas sehingga ada beberapa kiat yang biasa dilakukan untuk meningkatkan brand awareness ini.Â
Misalnya membuat logo atau tagline yang menarik dan mudah diingat, aktif melakukan kampanye di media sosial, sampai merekrut para influencer untuk memperkenalkan brand pada masyarakat atau segmen pasar yang disasar.
Branding di Dunia PolitikÂ
Tentu saja konsep brand awareness ini tidak 100% kompatibel dengan persoalan branding di dunia politik. Apalagi jika berbicara konteks "pemilihan presiden" yang sangat kompleks cakupannya.Â
Jika masyarakat yang menjadi konstituen dianalogikan dengan pasar, produk yang ditawarkan ini memiliki segmentasi pasar yang sangat luas; tersebar di berbagai wilayah, lintas status sosial ekonomi, lintas generasi, berlatar belakang pendidikan yang beraneka ragam dan aneka perbedaan lainnya. Semua segmen pasar ini harus mampu dijangkau dengan maksimal.
Jadi, apa dengan baliho saja sudah cukup?Â
Melihat tantangan di atas, tentu saja tidak. Baliho hanya salah satu kiat dari sekian banyak kiat branding lain yang harus dilakukan.
Apalagi kita sedang berada di era teknologi informasi. Masyarakat saat ini semakin dijejali informasi yang dengan mudah menguatkan atau mendistorsi informasi lainnya.
Pada era informasi ini, masyarakat juga semakin mudah menelusuri rekam jejak calon-calon pemimpinnya.
Tantangan lain yang harus dihadapi adalah pengaruh sentimen (agama, gender, budaya dan lain-lain) yang masih besar andilnya dalam pengambilan keputusan dari masyarakat.Â
Jika sebuah merek, katakanlah restoran A dan B, sama-sama menjajakan seafood. Tapi jika dari review para pelanggan sebelumnya, terlihat restoran A memiliki rating 2.0 dan restoran B memiliki rating 4.8, calon pelanggan yang baru akan berkunjung tentu akan cenderung memilih restoran B.
Di dunia politik, ini tidak sepenuhnya berlaku, jika dihadapkan pada sentimen tadi. Bisa saja calon pemimpin yang berkinerja kurang baik lebih dipilih karena kesamaan agama, misalnya, dan sebaliknya.