Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Efektifkah Baliho Dongkrak "Brand Awareness" terhadap Politisi?

15 Agustus 2021   12:28 Diperbarui: 16 Agustus 2021   04:41 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: Baliho Puan Maharani. | Gambar dari Kompas.com/Putra Prima Nugraha

Setiap pemilik brand pasti ingin produknya dikenal masyarakat secara luas sehingga ada beberapa kiat yang biasa dilakukan untuk meningkatkan brand awareness ini. 

Misalnya membuat logo atau tagline yang menarik dan mudah diingat, aktif melakukan kampanye di media sosial, sampai merekrut para influencer untuk memperkenalkan brand pada masyarakat atau segmen pasar yang disasar.

Branding di Dunia Politik 

Tentu saja konsep brand awareness ini tidak 100% kompatibel dengan persoalan branding di dunia politik. Apalagi jika berbicara konteks "pemilihan presiden" yang sangat kompleks cakupannya. 

Jika masyarakat yang menjadi konstituen dianalogikan dengan pasar, produk yang ditawarkan ini memiliki segmentasi pasar yang sangat luas; tersebar di berbagai wilayah, lintas status sosial ekonomi, lintas generasi, berlatar belakang pendidikan yang beraneka ragam dan aneka perbedaan lainnya. Semua segmen pasar ini harus mampu dijangkau dengan maksimal.

Jadi, apa dengan baliho saja sudah cukup? 

Melihat tantangan di atas, tentu saja tidak. Baliho hanya salah satu kiat dari sekian banyak kiat branding lain yang harus dilakukan.

Apalagi kita sedang berada di era teknologi informasi. Masyarakat saat ini semakin dijejali informasi yang dengan mudah menguatkan atau mendistorsi informasi lainnya.

Pada era informasi ini, masyarakat juga semakin mudah menelusuri rekam jejak calon-calon pemimpinnya.

Tantangan lain yang harus dihadapi adalah pengaruh sentimen (agama, gender, budaya dan lain-lain) yang masih besar andilnya dalam pengambilan keputusan dari masyarakat. 

Jika sebuah merek, katakanlah restoran A dan B, sama-sama menjajakan seafood. Tapi jika dari review para pelanggan sebelumnya, terlihat restoran A memiliki rating 2.0 dan restoran B memiliki rating 4.8, calon pelanggan yang baru akan berkunjung tentu akan cenderung memilih restoran B.

Di dunia politik, ini tidak sepenuhnya berlaku, jika dihadapkan pada sentimen tadi. Bisa saja calon pemimpin yang berkinerja kurang baik lebih dipilih karena kesamaan agama, misalnya, dan sebaliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun