Di sekitar TV layar lebar pak RT yang sudah diletakkan di serambi depan sudah ramai dan gaduh. Belasan anak muda duduk melantai di atas tumpukan tikar rajut sembari ngobrol ngalor ngidul. Aroma kopi dan singkong rebus menguar menggelitik penciuman.
Tidak lama lagi siaran langsung film G30-S/PKI yang ditayangkan salah satu TV swasta akan dimulai. Pak RT yang punya kenangan khusus dengan film ini inisiatif mengundang warga sekitar khususnya anak-anak muda untuk nobar alias nonton bareng. Gayung pun bersambut. Sejumlah anak muda datang memenuhi undangan. Katanya sih sukarela, padahal karena memang sudah diiming-imingi konsumsi. Hehehe
Walaupun film ini kerap menuai polemik, toh pemerintah tidak melarang menontonnya. Yang penting peserta tidak berkerumun dalam jumlah besar.
Pak RT pun meminta para peserta nobar untuk menjaga jarak. Sejatinya serambi depan pak RT itu cukup lega, bisa menampung sampai 30-an orang. Tapi setelah dihitung-hitung yang datang hanya 18 orang anak muda di sekitar rumah. Jadi untuk urusan physical distancing aman-lah. Paling tidak mereka tidak duduk terlalu rapat.
Sayangnya tidak semua orang menggunakan masker. Ipang salah satunya. Untuk urusan masker ini, pak RT tidak terlalu mau ambil pusing. Mentang-mentang di wilayah mereka masih nol kasus.
Tepat jam 10.00 malam, film yang ditunggu-tunggu pun mulai. Pak RT duduk di atas kursi dan mengambil tempat paling belakang. Dia nampak manis dengan masker merah jambu dan sarung merah maron. Film itu sudah ditonton berulang kali, sehingga hampir seluruh plot film sudah terekam dalam memorinya. Wajar jika Pak RT beberapa kali menguap karena menahan kantuk.
Berbeda dengan para penonton anak muda. Ada yang baru kali ini berkesempatan menonton filmnya, termasuk si Ipang.
Semakin malam, film semakin mencekam. Ipang menoleh ke piring-piring di atas tikar. Sudah sebagian besar kosong. Begitu pula dengan gelas-gelas kopi hitam.
Pada saat scene film beralih ke adegan penculikan para jenderal, sekonyong-konyong Ipang mencium aroma tidak enak. Seperti aroma ubi yang telah terfermentasi sedemikian rupa dalam perut dan menjadi gas buangan.
"Hmm... ada yang kentut ya?" ucap Ipang spontan.
Suaranya lirih saja sebenarnya. Tapi semua orang di sekitar situ spontan memandang aneh ke arahnya, lalu kembali asyik dengan layar TV. Ipang baru sadar orang-orang di sekitarnya semua rata-rata menggunakan masker. Jadi aroma tidak enak itu mungkin tidak langsung menyerang indera penciuman mereka.
Sementara itu aroma kentut itu semakin tajam menusuk hidung Ipang. Tidak tahan lagi, refleks dia menutup hidung lalu berdiri dan menjauh sebentar dari tempat duduknya.
"Kamu kenapa, Ipang?" tanya Pak RT yang terheran-heran melihat gelagatnya.
"Ada yang kentut, Pak RT. Gak tahu siapa nih, yang lain tenang-tenang saja."
Pak RT tergelak kecil. "Iya tenang, kan pakai masker. Coba kamu tadi juga pakai."
"Iya, Pak. Maaf, lupa," Ipang menggaruk-garuk kepalanya tanda sedikit menyesal.
Saat hendak kembali duduk, tanpa sengaja dia menyenggol kaki salah satu kawannya yang duduk tepat di belakangnya. Tepat saat itulah terdengar suara pruuut! lantang.
Semua orang pun menoleh spontan. Yang jadi pusat perhatian pun tertunduk malu-malu. Sepertinya sejak tadi setengah mati menahan buang angin. Atau bisa jadi juga sebagian sudah dibuang dengan mode silent sehingga mengganggu penciuman Ipang sejak tadi.
Serambi pak RT pun jadi ramai dengan suara tawa. Untuk sejenak film G30-S/PKI kehilangan sensasinya.
---
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI