"Mengapa terdiam?" tanya rembulan.
"Ah, kopiku habis, Kawan... dan aku menikmati ceritamu," sahut sang kakek.
"Tidak, kamu sedang memikirkan sesuatu."
Kakek terdiam lagi beberapa saat. "Katakan padaku, apa yang mereka lakukan saat tidak ada lagi yang menerima karya mereka? Apa yang mereka lakukan di masa tua, saat dunia bahkan tidak ingat lagi nama mereka?"
Rembulan memicingkan mata. Lalu menjawab mantap. "Aku akan memberitahukan jawabannya beberapa hari lagi, saat aku sudah jadi purnama yang paripurna. Ini sebuah janji."
"Mengapa harus menunggu selama itu, Kawan?"
"Biar kamu penasaran," rembulan tertawa kecil lagi.
"Kulitku dan tanah sudah hampir sama baunya. Apa kamu yakin aku masih hidup selama beberapa hari ke depan untuk menunggu jawabannya? Apa kamu juga selalu membuat mereka menunggu?"
Rembulan terdiam.
"Kamu tahu, kawan?" ucapnya. "Sebenarnya mereka tidak pernah menunggu. Mereka berkarya. Lihatlah dirimu, kapan terakhir kali kamu menulis lagu? Setahun, 2 tahun, 5 tahun ... "
"10 tahun."