Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cemburu] Ada Cinta di Balik Kabut

4 November 2018   11:35 Diperbarui: 4 November 2018   11:47 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nggak, kok. Cuma belanja dikit, sama kirim laporan ke kantor saja."

"Di sini banyak ojek kok, Mas. Nanti kalau sudah selesai belanja mas Pram belum balik, aku naik ojek saja."

Aku sebenarnya mau sedikit ngotot tapi yang keluar dari mulut malah, "Oh gitu. Ya udah, Nur. Aku lanjut dulu kalau gitu..."

Nurlela pun mengangguk sambil pasang senyum yang bisa bikin diabetes melitus saking manisnya.

Di sepanjang perjalanan kemudian aku bersiul-siul riang. Bahagia sekali rasanya bisa sedikit lebih dekat dengan gadis itu. Aku pun bergegas memenuhi segala keperluan begitu sampai di salah satu spot di jalan poros yang banyak dihuni ruko dan kedai kopi.

Tapi baru saja menghempaskan pantat di salah satu kursi kedai kopi dan membuka laptop dari dalam tas, nada SMS di handphoneku berbunyi. Pesannya seperti ini,

Mas Pram, Nur balik duluan ya. Belanjanya sudah kelar. Nur naik ojek saja. Terima kasih. Nurlela

Aku kaget, dari mana dia tahu nomor HP ku. Tapi aku ingat-ingat lagi, dua hari lalu saat sosialisasi proyek di balai desa aku memang membagikan nomor HP-ku pada warga yang menjadi peserta. Nurlela juga salah satunya. Ah, padahal sudah ge-er duluan.

Sip, Nur. Aku baru mau internetan nih. Hati-hati ya. 

Pesan itu tidak terbalas lagi sampai pagi ini. Di antara kabut dan aroma kopi hitam yang mulai memudar, aku masih menggantungkan harapan pada semesta.

"Jangan gila kau, Pram!" hardikan Boris membuyarkan lamunanku. Dia pun duduk asal-asalan dengan wajah masih kusut lalu menatap kopi hitam yang masih berhias penutup gelas. "Itu kopi aku kan, Bro?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun