Mereka dewasa bersama
puing-puing benua
mereka makan debu perang
dan minum sayatan pedang.
Mereka sanggup bernapas
dalam udara yang diracuni sihir
mata mereka adalah pelita
dalam gelap gulita mimpi
mereka adalah bayangan
yang menghantui para penebar mantra.
Setiap tetes peluh dan darahnya adalah tameng
dan setiap pekik membahana adalah senjata.
Mereka biarkan purnama
bakar aroma ketakutan dalam darahnya Â
sampai tidak ada lagi tersisa
untuk seteru yang menunggu di sana.
Lalu saat fajar tiba
mereka berlari bawa serta matahari
bumihanguskan bala tentara kaum sihir.
Â
Mereka seperti sisi lain diri kita
diri purba kita
yang nyaris mati karena
tidak ada lagi debu perang
atau sayatan pedang.
Mereka adalah pasukan
yang haus pertempuran
mereka makan debu perang
dan minum sayatan pedang.
---
kota daeng, 16 Maret 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H