Valentine kali ini terasa getir, entah mengapa.
Tapi siapa pun tetap bisa merayakannya. Tak terkecuali bagi tujuh orang muda itu. Mereka begitu belia dan penuh cinta, nampak dari sorot matanya. Mereka sedang berkumpul di salah satu sudut ruang sekretariat BEM sambil saling membagikan oleh-oleh khas valentine, cokelat batangan, mawar dan kartu ucapan.
Sandy, yang paling senior, juga mengeluarkan hadiahnya, enam buah kondom aneka rupa dan warna. Variasi kondom itu disesuaikan dengan kesenangan kawan-kawannya. Kondom berbentuk kupu-kupu untuk Andin yang gemar berpetualang di alam bebas, kondom aroma lavender berwarna ungu cerah untuk Mayang penyuka lavender, kondom berbentuk kotak suara untuk Phil yang senang membicarakan politik, kondom berbentuk handphone untuk Bagas yang menekuni dunia aplikasi android, kondom berbentuk lensa kamera untuk Jose yang suka fotografi dan kondom berbentuk sandwich untuk Boby yang hobi makan. Sempurna!
Maka semua menerima hadiah kondom itu dengan senang hati, kecuali Boby yang paling junior di antara mereka. Boby memandang lekat-lekat kondom pemberian Sandy di antara jari-jarinya yang gemuk.
"Ini untuk apa, Kak?" tanyanya terheran-heran.
Sandy yang disodori pertanyaan itu sama herannya. "Menurut kamu, kondom itu buat apa?" dia bertanya balik lalu menggeleng.
Boby terdiam.
Mereka tahu acara kumpul-kumpul itu sebentar lagi berakhir saat Sandy berdiri dan memasukkan barang-barangnya ke dalam tas ransel.
"Kita ketemu lagi nanti malam di pos hijau ya. Happy Valentine, kawan-kawan. Have fun!"
Tak lama kemudian mereka membubarkan diri.
---