Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Boikot

6 Juni 2017   21:46 Diperbarui: 6 Juni 2017   22:14 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Assalamualaikum…,” sahutnya ramah.

“Iya, Pak, bener saya sendiri…  Oh, iya pak, bagaimana?”

Eko terdiam sejenak, membiarkan si pemanggil berbicara sedikit panjang. Badrun jadi penasaran dibuatnya.

“Oh… bisa, Pak, bisa! Iya aku besok pagi-pagi ke rumah bapak. Iya… nggak kok, Pak…. Oke… Wallaikumsalam…”

Setelah menutup panggilan tersebut, mata Eko berbinar-binar seketika.

Yess… besok aku dapat proyek, Bro. Itu tadi pak Munardi yang tinggal di ujung kompleks, minta aku membantu dia mengecat rumahnya. Sekarang aku cabut ya, Bro. Mau ngecek perkakas di rumah.”

Badrun terkejut.

“Eh, Bro, tunggu dulu! Jangan-jangan tadi dia yang nelpon aku?” cegah Badrun. Eko membuka kembali riwayat teleponnya.

“Ng… ini tiga angka terakhir nomor teleponnya, 341.”

“Haahh! Jangan-jangan memang dia tadi yang menelepon!” seru Badrun setelah mencocokkan tiga digit terakhir dengan nomor panggilan yang tadi ditolaknya.

Eko hanya terkekeh, lalu segera beranjak dari situ. “Rejeki memang gak kemana, Bro!” serunya riang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun