“Assalamualaikum…,” sahutnya ramah.
“Iya, Pak, bener saya sendiri… Oh, iya pak, bagaimana?”
Eko terdiam sejenak, membiarkan si pemanggil berbicara sedikit panjang. Badrun jadi penasaran dibuatnya.
“Oh… bisa, Pak, bisa! Iya aku besok pagi-pagi ke rumah bapak. Iya… nggak kok, Pak…. Oke… Wallaikumsalam…”
Setelah menutup panggilan tersebut, mata Eko berbinar-binar seketika.
“Yess… besok aku dapat proyek, Bro. Itu tadi pak Munardi yang tinggal di ujung kompleks, minta aku membantu dia mengecat rumahnya. Sekarang aku cabut ya, Bro. Mau ngecek perkakas di rumah.”
Badrun terkejut.
“Eh, Bro, tunggu dulu! Jangan-jangan tadi dia yang nelpon aku?” cegah Badrun. Eko membuka kembali riwayat teleponnya.
“Ng… ini tiga angka terakhir nomor teleponnya, 341.”
“Haahh! Jangan-jangan memang dia tadi yang menelepon!” seru Badrun setelah mencocokkan tiga digit terakhir dengan nomor panggilan yang tadi ditolaknya.
Eko hanya terkekeh, lalu segera beranjak dari situ. “Rejeki memang gak kemana, Bro!” serunya riang.