Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Matahari Terbenam di Ufuk Hati

9 Januari 2017   17:13 Diperbarui: 9 Januari 2017   17:33 1533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari: http://weheartit.com/

“Dimana dia tinggal?”

“Sudahlah. Tidak penting, setelah menikah kami juga akan pindah dan tinggal di Bandung…”

Pembicaraan terputus.

Air mata Nadine meleleh. Dia masih berjalan beberapa helaan napas lagi, sebelum seorang bapak berbaju safari memanggilnya. Saat itu matahari benar-benar hampir terbenam, tetapi masih bisa terlihat jelas kalau sebagian besar rambut di kepala bapak itu telah memutih.

Nadine menghampirinya setelah memastikan tidak nampak lagi sisa-sisa air mata di pipinya.

“Pak Widodo, ada apa?”

Bapak itu tersenyum hormat.

“Ini, Non. Nyonya besar barusan telepon, katanya HP Non Nadine sibuk.”

“Oh iya, Mama bilang apa, Pak?”
 “Nyonya minta saya segera mengantar Non pulang karena pak Haerudin ternyata sampai malam ini.”

“Oh ya? Saya pikir Om Her dan keluarga baru dari Bandung besok malam, Pak.”

“Nyonya bilang malam ini, Non.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun