Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mengamati Waktu

6 September 2016   16:22 Diperbarui: 6 September 2016   16:31 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari: www.the27thorphanage.com (paul tiberio)

Di pipi kiriku ada luka goresan waktu

aku lupa menghapusnya saat itu

tapi biarlah jadi kenang-kenangan untukku.

.

Waktu kadang lebih kejam dari penghakiman

dia bisa meneriakkan kata-kata yang kamu bisikan pada awan

dan menyingkap semua yang kamu sembunyikan di bawah dipan.

.

Di ujung kukuku ada tinta merah jambu yang ditorehkan waktu

dia lupa menghapusnya saat itu

tapi kurasa dia sengaja meninggalkannya jadi kenang-kenangan untukku.

.

Waktu juga bisa menjadi juru selamat

dia bisa membuat petaka sampai terlambat

sehingga kamu bisa menyelamatkan sesuatu lebih cepat.

.

Ah, waktu pernah menikam lambungku

dengan belati pengkhianatan

tapi dengan cepat menyembuhkannya dengan kesetiaan tanpa batas.

.

Waktu itu kawan yang aneh.

Dia pernah berkata tidak bisa membebaskan budak menjadi orang merdeka

tidak bisa mendamaikan seteru menjadi sekutu

tidak bisa membalikkan malam menjadi siang.

Dia tidak bisa mengubah apa-apa.

.

Tapi semakin lama berkawan, aku merasa semakin berubah.

Aku yang semakin dewasa, atau dunia yang semakin muda

aku yang semakin arif, atau dunia yang semakin bebal. Entahlah…

.

Kini waktu telah menua,

dia hanya teronggok di atas kursi malas dan mendongeng tentang dunia

tentang dimensi tertinggi yang pernah dijejakinya

dia nyaris sekarat

lalu menghembuskan nafas terakhir yang dimilikinya.

.

Sayangnya

dia berinkarnasi lebih cepat dari kedipan mata.

Waktu yang masih belia terlahir dan siap untuk menggores luka

melukis ujung kuku, mengkhianati dan memulihkan

penggores pena yang lain.

.

Bersiaplah, mungkin kali ini giliranmu.

---





kota daeng, 6 September 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun