“Paduka, aku berpikir kalaupun rencana kita ini terbongkar, semua orang yang mengetahui musibah yang menimpa tuan putri akan maklum. Bukankah penyihir sialan itu yang duluan mencari masalah dengan kerajaan kita? Inilah jawaban kita, Paduka.”
Raja Philos menghembuskan nafas panjang.
“Kalau begitu aku percayakan sepenuhnya rencana ini kepadamu, Thar. Oh ya, kamu bisa menggunakan kembali fasilitas kita di lembah Siris. Tempat itu cukup strategis, dekat dengan sumber air, terpencil namun jangkauan ke istana bisa dilakukan dengan cepat.”
Panglima Thar mengangguk.
“Aku juga berpikir seperti itu, Paduka. Aku akan bergerak mulai malam ini. Dimulai dengan mencari persediaan kayu dan para pekerja.”
“Baik, segera siapkan. Besok aku akan berbicara dengan bendahara kerajaan untuk membereskan masalah keuangannya.”
Tak lama kemudian, Panglima Thar pamit undur diri dari tempat itu.
Raja Philos melangkah keluar ruangan. Saat sampai pada jendela terdekat, dia menatap rembulan lekat-lekat membiarkan hatinya bercakap-cakap dengan malam yang semakin kelam. Selama memerintah kerajaan, baru sekali ini dia merasa keputusan-keputusannya menjadi begitu penting untuk menentukan masa depan kerajaan Zatyr.
---------
Pertama kali ditayangkan diblogdalam rangka event
#Tantangan100HariMenulisNovelFC