Seorang pelayan masuk dan membisikkan sesuatu kepada Raja. Kabar itu sepertinya lebih mampu menarik perhatiannya. Raja pun memberi perintah kepada pelayan tersebut yang diikuti oleh anggukan kepala pelayan, sebelum meninggalkan kembali ruangan itu.
“Maaf, Sayang. Aku hendak menerima panglima Thar. Sepertinya dia membawa kabar penting.”
Ratu mengangguk paham. Dia pun berdiri untuk ikut meninggalkan ruangan itu.
“Bawa serta anak muda yang berbakat ini dan berikan upah yang setimpal,” sembari memberi isyarat melalui gerakan tangan kepada pemain Poligra agar segera menghentikan permainan musiknya. Dia pun mengikuti ratu meninggalkan ruangan itu.
Kini ruangan besar yang biasa dipakai menerima tamu-tamu kerajaan itu menjadi sepi. Raja seorang diri hanya ditemani beberapa pelita yang bersinar malu-malu sampai panglima Thar masuk.
Kali ini dia tidak mengenakan pakaian kebesarannya sebagai panglima kerajaan seperti biasa. Masih terlihat sisa-sisa peluh pada wajah dan lehernya, pertanda baru saja sampai dari tempat yang jauh.
Raja Philos mempersilahkan panglima Thar duduk pada kursi yang bersisian dengannya.
“Aku harap kamu membawa kabar baik, Panglima.”
“Maaf mengganggu isitrahat anda, Paduka. Aku pikir harus memberi kabar segera agar kami dapat bergerak cepat. Sampai saat orang-orangku di lapangan berhasil merekrut lebih dari 100 orang kaum Sagit. Dan jumlahnya diperkirakan akan terus bertambah sampai latihan dimulai tujuh hari lagi.”
“Wah, kalian bekerja cukup cepat, Thar.”
Panglima Thar mengangguk.