Tak seperti yang sudah-sudah, kali ini Bayu hanya membicarakan tentang hukum sebab akibat dan hukum keseimbangan. Bahkan Bayu dengan sangat antusias menceritakan tentang kisah dalam film 300, kisah pasukan Sparta yang gigih berjuang melawan pasukan Xerxes, padahal dari jumlah pasukan, pasukan Sparta jelas kalah. Namun, pasukan Sparta pantang menyerah. Jumlah yang tak seimbang tak lantas membuat mereka terpuruk dan menyerah. Optimis. Yakin. Mempercayai bahwa setiap perjuangan akan selalu membawa kemenangan. Menang kalah itu hanya tentang hasil yang nampak kasat mata.
Anya makin meringkuk, tangisnya menjadi. Bayu, yang selama ini mencintainya namun ditolak mentah-mentah olehnya, malah membuat mata Anya terbuka. Sikap Bayu tak pernah sekali pun berubah walau beberapa kali mengalami penolakan, baik secara halus maupun kasar. Bahkan, semakin sering Anya menolak Bayu, kalimat bijaksana makin mengalir deras. Anya baru berhenti menangis ketika denting jam menunjukan angka sebelas malam. Mata indahnya nampak sembab bengkak.
"Ya Allah, betapa aku terlalu lama mendzalimi diriku sendiri dengan memilih duduk di singgasana kelamnya kesedihan, padahal Kau ciptakan kesedihan untuk melengkapi rasa bahagiaku."
Di pelupuk mata Anya terbayang wajah Bayu, wajah yang tidak ingin dijadikan kekasihnya, namun hanya sebagai sahabat. Ya, sahabat. Sesuai pinta Bayu, jika tak bisa menjadi sepasang kekasih, cukuplah saja menjadi sepasang sahabat. Tiba-tiba, banyak cahaya bintang berkerlip di kedua mata Anya.
Terimakasih untuk hadirmu, kepada luka-luka yang memberi arti baru.
------
anggota tim API: