Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Tips Membangkitkan Mood Menulis untuk Kompasianer

4 April 2016   18:29 Diperbarui: 5 April 2016   09:48 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi gambar dari: theservicecoach.com"][/caption]Curhat Dulu

Salah satu event teranyar Fiksiana Community adalah project menulis yang digelar selama 100 hari untuk menghasilkan sebuah novel yang terdiri dari minimal 50.000 kata. Jadi jika dirata-ratakan, siapa pun yang mengikuti event menulis marathon ini harus menghasilkan sekitar 500 kata per hari sampai deadline event-nya tiba.

Ini bukan pekerjaan mudah, mengingat sebagian besar peserta event memiliki kesibukan lain diluar menekuni passion-nya dalam dunia tulis menulis. Penulis mesti berbagi konsentrasi dan energi dengan rutinitas dan hal-hal lain yang juga menuntut tanggungjawabnya. Jadi di luar konsistensi karya yang dihasilkan, peserta juga dituntut untuk konsisten mengelola waktu agar proses penulisan selama event dilangsungkan bisa terus berjalan.

Beberapa peserta, termasuk saya, sedikit “terengah-engah” mengikuti target jumlah kata yang diwajibkan. Penyebab utamanya adalah beberapa waktu yang lalu, saya berada di daerah  untuk urusan kantor yang juga menyita perhatian selama seminggu lebih. Target untuk tetap menulis walaupun secara offline sudah saya lakukan, hanya saja realisasinya tidak berjalan 100% karena padatnya kesibukan.

Memang ada dispensasi terbatas dari pihak admin untuk mengakomodasi jika terjadi hal-hal seperti  itu pada peserta.

Jadi beberapa hari terakhir ini saya sedang berusaha mengejar ketinggalan kereta. Sampai kemarin (3/4) saya telah merampungkan 9.300-an kata dari target semestinya sebanyak 10.500 kata dan progress-nya terus berjalan.

Membangkitkan Mood

Saya mengamini tulisan mas Rudie Chakil, salah satu admin FC, pada chit-chat di halaman FB Fiksiana Community kemarin. Kesulitan terbesar seorang penulis adalah mengelola waktu. Begitu kira-kira kesimpulannya.

Masalah berikutnya adalah bagaimana menjaga agar mood menulis itu tetap terbangun dengan baik, terutama dalam event marathon seperti ini. Penulis yang mood-nya datang-datangan, dijamin akan kewalahan mengejar target menulisnya.

Nah, lewat tulisan ringan ini saya mencoba berbagi kiat-kiat membangunkan mood dalam menulis dan menjaganya agar tidak kemana-mana dulu sebelum kita merampungkan target menulis kita. Jadi sebagai penulis kita tidak boleh pasrah pada mood, melainkan mengelolanya agar mood yang “pasrah” pada kita.

Tentu saja setiap penulis memiliki caranya sendiri, dan inilah kiat membangun mood menulis ala saya.

Mendengar Musik. Ini kiat yang ampuh buat saya. Untuk membangun mood menulis saya biasa memanjakan gendang pendengaran dan pikiran dulu dengan alunan musik favorit. Genre musiknya bisa juga disesuaikan dengan alur tulisan yang sedang kita bangun. Pada beberapa bagian plot cerita yang memaksa roda-roda pikiran bekerja lebih, saya biasa menyetel musik instrumen, tanpa vokal. Sepertinya musik instrumen dapat membantu pemikiran berjalan lebih lancar dibanding lagu dengan suara vokalisnya.

Ngemil. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, seorang penulis harus berada dalam keadaan senyaman mungkin, bukan? Nah, bagi saya, menulis sambil mengunyah kudapan itu bisa membuat perasaan jadi nyaman dan aliran darah di otak seperti lebih lancar. Bagaimana dengan berat badan? Itu urusan lain lagi.

Rehat sejenak. Mata yang bekerja berjam-jam di depan layar komputer bisa juga lelah. Bisa jadi salah satu penyebab mood menulis turun  adalah mata dan otak yang dipaksa bekerja terus menerus. Jika ada sinyal-sinyal dari otak untuk break sejenak, penuhi secepatnya. Setelah itu istirahatkan lensa mata yang menegang dengan memejamkan mata selama 10-15 menit, atau jika memungkinkan, pandanglah objek yang jaraknya jauh untuk melenturkan lensa mata kembali. Setelah rehat sejenak untuk mengembalikan energi mata dan otak, silahkan “bertempur” kembali.

Membaca. Sama seperti proses produksi sebuah barang, otak kita juga butuh supply agar keberlanjutan produksinya bisa terjaga. Supply otak untuk proses penulisan adalah wawasan atau referensi dari sumber lain yang didapatkan dengan membaca. Jadi anggaplah membaca ini adalah proses “memberi  makan” otak kita agar selalu siap berproduksi kembali. Baca apa saja yang berguna bagi, kita mulai dari yang ringan seperti status atau komentar teman-teman medsos, sampai yang bobotnya lebih berat seperti buku sains atau novel yang tebalnya ratusan halaman.

Motivasi

Dalam berkarya, kita butuh motivasi sebagai pendorong bagi kita agar mengerjakan karya tersebut semaksimal mungkin. Berdasarkan sumbernya, ada dua jenis motivasi yaitu Motivasi Eksternal dan Motivasi Internal. Kedua-duanya bisa kita gunakan untuk menyemangati diri kita.

Motivasi Eksternal adalah motivasi yang datangnya dari luar diri sendiri. Biasa membutuhkan orang lain, sistem kerja dan objek atau media lain yang berada di luar diri kita. Cara-cara membangkitkan mood seperti yang saya tulis di atas adalah contoh membangkitkan motivasi yang datangnya dari luar diri sendiri.

Kelebihan motivasi eksternal ini adalah lebih mudah diolah, namun seringkali tidak bertahan lama karena sangat tergantung dengan hal-hal di luar diri kita.

Sedangkan Motivasi Internal adalah motivasi yang datangnya dari diri sendiri, benar-benar dari lubuk hati yang paling dalam. Walaupun membangkitkannya agak sulit, tetapi jika sudah hadir akan bertahan lebih lama.

Membangkitkan motivasi internal biasa terkait dengan nilai, spiritual ataucredo yang diyakini seseorang dalam berkarya. Jika motivasi internal ini sudah muncul, kekuatannya jauh melampaui hal-hal yang nampak secara fisik atau bersifat duniawi semata.

Jadi sebenarnya cara membangkitkan motivasi menulis yang paling ampuh adalah mencari nilai-nilai dalam diri yang menjadi pendorong utama dalam menulis. Jika sudah ketemu, pertahankan nilai itu, dan segarkan kembali jika mood menulis kita kendor lagi. (PG)

 

-------

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun