[caption caption="Ilustrasi gambar dari: theservicecoach.com"][/caption]Curhat Dulu
Salah satu event teranyar Fiksiana Community adalah project menulis yang digelar selama 100 hari untuk menghasilkan sebuah novel yang terdiri dari minimal 50.000 kata. Jadi jika dirata-ratakan, siapa pun yang mengikuti event menulis marathon ini harus menghasilkan sekitar 500 kata per hari sampai deadline event-nya tiba.
Ini bukan pekerjaan mudah, mengingat sebagian besar peserta event memiliki kesibukan lain diluar menekuni passion-nya dalam dunia tulis menulis. Penulis mesti berbagi konsentrasi dan energi dengan rutinitas dan hal-hal lain yang juga menuntut tanggungjawabnya. Jadi di luar konsistensi karya yang dihasilkan, peserta juga dituntut untuk konsisten mengelola waktu agar proses penulisan selama event dilangsungkan bisa terus berjalan.
Beberapa peserta, termasuk saya, sedikit “terengah-engah” mengikuti target jumlah kata yang diwajibkan. Penyebab utamanya adalah beberapa waktu yang lalu, saya berada di daerah untuk urusan kantor yang juga menyita perhatian selama seminggu lebih. Target untuk tetap menulis walaupun secara offline sudah saya lakukan, hanya saja realisasinya tidak berjalan 100% karena padatnya kesibukan.
Memang ada dispensasi terbatas dari pihak admin untuk mengakomodasi jika terjadi hal-hal seperti itu pada peserta.
Jadi beberapa hari terakhir ini saya sedang berusaha mengejar ketinggalan kereta. Sampai kemarin (3/4) saya telah merampungkan 9.300-an kata dari target semestinya sebanyak 10.500 kata dan progress-nya terus berjalan.
Membangkitkan Mood
Saya mengamini tulisan mas Rudie Chakil, salah satu admin FC, pada chit-chat di halaman FB Fiksiana Community kemarin. Kesulitan terbesar seorang penulis adalah mengelola waktu. Begitu kira-kira kesimpulannya.
Masalah berikutnya adalah bagaimana menjaga agar mood menulis itu tetap terbangun dengan baik, terutama dalam event marathon seperti ini. Penulis yang mood-nya datang-datangan, dijamin akan kewalahan mengejar target menulisnya.
Nah, lewat tulisan ringan ini saya mencoba berbagi kiat-kiat membangunkan mood dalam menulis dan menjaganya agar tidak kemana-mana dulu sebelum kita merampungkan target menulis kita. Jadi sebagai penulis kita tidak boleh pasrah pada mood, melainkan mengelolanya agar mood yang “pasrah” pada kita.
Tentu saja setiap penulis memiliki caranya sendiri, dan inilah kiat membangun mood menulis ala saya.