Naga itu pun menyahut dengan seruan nyaring. Keduanya terbang semakin jauh menembus awan-awan.
Memang hanya butuh waktu beberapa waktu saja bagi mereka untuk sampai ke kerajaan Zatyr. Saat memasuki wilayah Zatyr, matahari mulai condong ke ufuk barat. Orion membebaskan dirinya menikmati keindahan alam senja bermandi cahaya tembaga itu, lalu mengarahkan Herra menuju ke istana.
Herra terbang mengitari istana sekali sebelum Orion menuntunnya untuk mendarat di sebelah selatan istana, di antara rerumputan dan ilalang yang luas.
Begitu terbang mendekati bumi, gelombang udara yang dari sayap Herra menyibak kawanan ilalang.
Abner yang saat itu sedang memberi minum beberapa kuda, sampai terkejut dengan pendaratan tersebut di luar istalnya. Apalagi dengan kehadiran hewan raksasa bersayap yang selama ini hanya didengarkannya dari para penutur dongeng.
Pemuda itu lalu berjalan keluar istal untuk melihat lebih jelas pemandangan di padang ilalang, asal suara menderu barusan. Nampak Orion berjalan mantap ke arahnya sedangkan Herra mengekor perlahan di belakangnya.
Membaca pertanyaan-pertanyaan pada raut wajah Abner, Orion menyapa hangat.
"Aku datang dalam damai, Nak. Maaf, telah menyelinap masuk bukan dari pintu utama. Aku harus mencari tempat yang sedikit luas untuk nagaku.'
Abner terpaku sejenak.
"Jadi... makhluk itu benar-benar seekor naga, Tuan? Seumur hidup, aku baru kali ini melihatnya."
"Ya, tapi tidak usah takut. Dia naga yang manis,” sahut Orion. “Tapi sekarang mungkin sebaiknya kamu memanggil salah satu pengawal atau pegawai istana. Katakan, “Orion telah tiba sesuai permintaan raja.”