Pemuda tersebut menunduk.
"Guru Orion telah menunggu," sahutnya.
Panglima Thar melirik sejenak ke arah Sumon dan para prajurit.
Para penyihir memang selalu penuh kejutan.
Pemuda tersebut kemudian mempersilahkan tamu-tamunya masuk ke dalam halaman utama. Sesampainya di dalam, beberapa pemuda lainnya mengambil alih tali kekang kuda dari para tamu untuk kemudian menambatkannya pada kandang kuda khusus untuk tamu-tamu istana.
Setelah itu, pemuda pertama kembali meminta para tamu mengikutinya.
Mereka sampai pada sebuah aula berkapasitas besar dengan lampu-lampu lampion raksasa tergantung pada beberapa sudutnya. Thar dan para prajurit memandang keadaan di sekelilingnya dengan tatapan takjub. Lukisan-lukisan besar yang bercerita tentang sejarah kaum penyihir dilekatkan dengan hati-hati di sepanjang dinding aula. Sementara itu pada sisi-sisi pilar-pilar besar yang menopang bagian atas aula diletkkan guci-guci antik yang memendarkan aroma cendana.
Mereka terus melewati pemandangan itu lalu menyusuri koridor yang menghubungkan aula dengan sebuah halaman lain yang dipagari dengan tanaman perdu berdaun kemerahan. Begitu mereka melintas di atas jalan setapak yang membelah halaman tersebut, tercium aroma rempah-rempah yang cukup tajam.
Pada sisi halaman lainnya, nampak belasan pemuda dengan jubah sama dengan yang dikenakan pemandu mereka. Pemuda-pemuda tersebut terbagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok mengelilingi satu periuk raksasa berisi ramuan yang mendidih. Dari situlah aroma rempah-rempah tersebut berasal.
"Mereka sedang meracik ramuan sihir."
Suara berat itu mengalihkan perhatian mereka.