Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

[Basalto Terakhir] Emerald

31 Maret 2016   08:42 Diperbarui: 31 Maret 2016   08:51 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi gambar dari: www.historicalstockphotos.com"][/caption]

Cerita sebelumnya: [Basalto Terakhir] Kutukan Tanpa Penangkal

 

Dari antara tiga besar kaum penyihir yang mendiami Gopalagos, bisa dikatakan kaum Emerald-lah yang paling dikenal baik oleh manusia non-sihir. Penyihir-penyihir yang dibesarkan di padepokan Emerald cukup pandai dalam ilmu ramuan sihir dan pengobatan, pengetahuan yang penting bagi manusia.

Pusat padepokan Emerald lebih mirip istana kerajaan. Terdiri dari bangunan-bangunan megah yang menjulang di antara pepohonan pinus. Letaknya pada salah satu dataran tinggi di selatan Gopalagos, sehingga dari situ kita bisa memandang sepuasnya panorama Golapagos bagian selatan.

Saat ini padepokan Emerald dipimpin oleh penyihir cendekia bernama Orion, keturunan kedua dari penyihir wanita sakti yang merintis berdirinya Emerald.

Rombongan berkuda dari kerajaan Zatyr baru sampai di gerbang istana Emerald setelah matahari mencairkan bekunya udara pegunungan di pagi hari. Panglima Thar dan empat prajurit pilihannya berada paling depan. Di belakangnya mengikut Sumon, utusan Raja Philos dalam balutan pakaian diplomat khas Zatyr. Di belakang mereka menyusul kuda perbekalan dan empat prajurit lainnya.

Masih terlihat sisa-sisa keletihan pada wajah mereka setelah menempuh perjalanan hampir dua hari lamanya.

Pintu gerbang istana Emerald terbuka dan seorang pemuda berkepala plontos berjubah abu-abu gelap menyambut mereka dengan takzim.

Panglima Thar turun dari kudanya dan memberi salam hormat.

"Kami utusan dari Kerajaan Zatyr, dikirim oleh Raja Philos," tuturnya.

Pemuda tersebut menunduk.

"Guru Orion telah menunggu," sahutnya.

Panglima Thar melirik sejenak ke arah Sumon dan para prajurit.

Para penyihir memang selalu penuh kejutan.

Pemuda tersebut kemudian mempersilahkan tamu-tamunya masuk ke dalam halaman utama. Sesampainya di dalam, beberapa pemuda lainnya mengambil alih tali kekang kuda dari para tamu untuk kemudian menambatkannya pada kandang kuda khusus untuk tamu-tamu istana.

Setelah itu, pemuda pertama kembali meminta para tamu mengikutinya.

Mereka sampai pada sebuah aula berkapasitas besar dengan lampu-lampu lampion raksasa tergantung pada beberapa sudutnya. Thar dan para prajurit memandang keadaan di sekelilingnya dengan tatapan takjub. Lukisan-lukisan besar yang bercerita tentang sejarah kaum penyihir dilekatkan dengan hati-hati di sepanjang dinding aula. Sementara itu pada sisi-sisi pilar-pilar besar yang menopang bagian atas aula diletkkan guci-guci antik yang memendarkan aroma cendana.

Mereka terus melewati pemandangan itu lalu menyusuri koridor yang menghubungkan aula dengan sebuah halaman lain yang dipagari dengan tanaman perdu berdaun kemerahan. Begitu mereka melintas di atas jalan setapak yang membelah halaman tersebut, tercium aroma rempah-rempah yang cukup tajam.

Pada sisi halaman lainnya, nampak belasan pemuda dengan jubah sama dengan yang dikenakan pemandu mereka. Pemuda-pemuda tersebut terbagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok mengelilingi satu periuk raksasa berisi ramuan yang mendidih. Dari situlah aroma rempah-rempah tersebut berasal.

"Mereka sedang meracik ramuan sihir."

Suara berat itu mengalihkan perhatian mereka.

Seorang pria berbadan tegap, mengenakan baju panjang putih berkilauan, berdiri gagah di serambi pendopo. Pendopo itu terletak di ujung jalan setapak.

Pria berbadan tegap itu memiliki rambut panjang yang dikuncir ke belakang. Sekalipun seluruh rambutnya telah memutih, tidak nampak sedikit pun kerut-kerut usia pada wajahnya.

“Ah, Tuan Orion,” sapa Panglima Thar.

Pria berbadan tegap itu ternyata adalah Orion, tuan rumah dan pemimpin istana Emerald.

Panglima Thar dan rombongan di belakangnya melanjutkan langkah mereka ke arah pendopo. Orion pun menyalami mereka satu per satu.

"Terima kasih atas sambutan anda yang ramah, Tuan Orion," Sumon mencoba mencairkan suasana di antara mereka.

"Kami selalu merasa terhormat mendapat kunjungan dari kerajaan Zatyr," sahut Orion. “Apalagi yang berkunjung adalah diplomat andalan raja Philos dan pemimpin tertinggi pasukan Kerajaan Zatyr.”

"Anda terlalu merendahkan diri, Tuan. Seharusnya kami yang merasa terhormat bisa bertemu langsung dengan pemimpin Emerald yang dikenal hampir setiap orang di Gopalagos," sambung Panglima Thar.

Orion tersenyum. “Kita bisa terus saling memuji sampai hari siang, tapi aku rasa pembicaraan kita lebih penting. Jadi, mari… masuklah.”

Dia lalu mempersilahkan Panglima Thar, Sumon dan para prajurit untuk mengambil tempat duduk di dalam pendopo. Meja dan kursi yang disediakan terbuat dari sejenis kayu rambat berwarna cokelat kehitaman khas dataran tinggi Gopalagos. Thar dan Sumon pun duduk di hadapan Orion, tetapi para prajurit memilih tetap berjaga-jaga di teras pendopo.

"Aku turut prihatin dan... sedikit penasaran dengan yang terjadi dengan Putri Raja Philos," Orion membuka pembicaraan.

"Wah, kabar tentang Putri Talia sepertinya telah sampai mendahului kami, Tuan Orion," sahut Sumon.

"Bagi para penyihir, angin pun bisa diajak bercerita," sambung Thar.

Orion tersenyum.

"Itu hanya metafora, Panglima. Sebenarnya, seorang sahabat yang tinggal di kota mengirim merpati yang membawa berita tersebut."

 

-------

(bersambung)

 

Pertama kali ditayangkan pada Note FB Penulis dalam rangka event

#TantanganMenulisNovel100HariFC

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun