Orion adalah penyihir terakhir yang mempertahankan kastil Emerald, lambang supremasi kerajaan kaum sihir pada masa lalu. Dua hari lalu dia menerima kabar dari kawan-kawan di pusat kerajaan Zatyr bahwa akan ada serangan besar-besaran ke kastil Emerald. Orion langsung mengungsikan seluruh penyihir muda yang tengah menuntut ilmu dan memilih beberapa guru yang dipandang mampu untuk membantunya mempertahankan kastil. Namun di luar dugaan, jumlah dan kekuatan prajurit kerajaan Zatyr terutama prajurit Sagit ternyata cukup besar. Beberapa penyihir tewas dalam konfrontasi tersebut.
Sebelum benar-benar meninggalkan medan peperangan, dia menyuruh beberapa penyihir yang tersisa untuk segera mengungsikan diri. Mestinya saat ini mereka telah berada di desa-desa terdekat, berbaur bersama penduduk.
Tiba-tiba, Orion merasakan getaran energi sihir, lalu terdengar ledakan keras. Tubuhnya terpental jauh bersama dengan bongkahan-bongkahan batu raksasa yang tadi menutupi pintu masuk ke ruangan Ophius.
Orion terbatuk, memuntahkan debu bercampur pasir yang memenuhi kerongkongannya. Sisa-sisa debu akibat ledakan masih melayang-layang memenuhi ruangan. Itu membuat Orion kesulitan melihat apa yang baru saja terjadi, kendati lampu tongkat sihirnya sudah dibuat lebih terang.
“Maju! Ayo! Jangan diam saja!” terdengar seruan galak dari arah jalan rahasia.
Orion meningkatkan kewaspadaannya.
Benar saja. Tak lama kemudian, beberapa orang pembawa obor dan belasan prajurit, sebagian besar dengan perlengkapan pemanah masuk ke ruangan. Mereka membentuk formasi bertahan. Pasukan pemanah segera bergerak cepat mengarahkan mata panahnya ke sosok Orion.
Penyihir yang tengah terpojok itu mengambil kuda-kuda. Dia bersiap-siap melancarkan sihir angin untuk menghalau anak panah prajurit Sagit.
Tapi setelah itu keadaan menjadi hening. Para pemanah tidak melepaskan anak panahnya. Prajurit-prajurit yang lain juga nampak tidak bergeming sama sekali. Orion pun menyadari mereka tengah berada di bawah pengaruh sihir.
Tapi siapa yang melakukannya?
“Hebat!”