Jika Neysha melibatkan diri dengan kegiatan teater kampus, dia lebih memilih mengasingkan diri dibalik perkakas laboratorium fisika. Peluang cowok untuk singgah ke hatinya jadi lebih kecil dibanding peluang yang dimiliki Neysha. Giliran cowok itu hadir dalam rupa Dias, sekali lagi keberuntungan lebih berpihak pada Neysha.
Tapi yang kini membingungkan adalah kehadiran Andrew di antara mereka. Mengapa kini seolah-olah dia begitu dekat dengan Neysha. Padahal Neysha tidak pernah bercerita sedikit pun tentangnya.
Masih dalam kebingungan yang sama, Keysha pun membenamkan dirinya dalam-dalam di atas kasur sesampainya di rumah. Dia ingin saat Neysha serta papa dan mamanya sampai di rumah nanti, dia sudah terlelap, berharap mimpi dapat merubah sesuatu pada kisah malam ini.
Sebelum benar-benar tertidur, Keysha mengirim pesan ke Neysha untuk mengabari, kalau dia sudah duluan sampai di rumah karena pening. Sedikit kebohongan dibutuhkan dalam suasana seperti ini.
Prediksi Keysha benar. Kurang lebih setengah jam kemudian, Neysha masuk ke kamar. Ada sedikit garis kelelahan pada wajah kembarannya itu. Tapi melihat saudarinya sudah tertidur lelap, dia mengurungkan niatnya untuk bercerita banyak.
****
Suasana perpustakaan kampus begitu senyap, sekalipun lebih dari selusin mahasiswa sedang berada di dalam saat ini. Salah satunya Keysha yang sedang memilih-milih buku pada rak-rak di bagian Sains. Saat mengambil sebuah buku tebal, seringai Andrew nampak di balik rak. Keysha hampir berteriak saking terkejutnya.
“Kamu lagi!” ucapnya kesal, setengah berbisik.
“Aku kan datang untuk menghibur kamu, Key.”
“Memangnya aku seperti butuh dihibur?”
Keysha menjauh dari Andrew, menuju ke bagian buku yang lain. Andrew mengekor.