Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Agar Koperasi Kredit Tidak Jadi Almarhum

26 Februari 2016   18:17 Diperbarui: 26 Februari 2016   20:12 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari sisi anggota, kopdit akan menjadi primadona jika menyediakan produk dan pelayanan yang mereka butuhkan. Oleh karena itu inovasi serta pengembangan terhadap produk wajib hukumnya. Karakteristik produk yang disediakan harus sesuai dengan lokalitas atau keadaan anggota-anggotanya. Jika sebagian besar anggota Kopdit adalah nelayan, Kopdit harus menawarkan produk yang dibutuhkan nelayan. Misalnya, tabungan yang hanya bisa ditarik pada musim cuaca buruk, pada saat nelayan tidak bisa melaut. Atau jika sebagian besar anggota Kopdit adalah petani sawah, Kopdit bisa menyediakan pinjaman yang sesuai. Misalnya pinjaman dengan pembayaran yang tidak mesti sebulan sekali, tapi sekaligus enam bulan, setelah panen.

Produk dan pelayanan yang dibutuhkan dan sesuai dengan karakteristik masyarakat setempat akan membuat anggota aktif menabung dan meminjam. Partisipasi anggota yang tinggi juga adalah salah satu faktor penting mewujudkan Sustainability Credit Union.

 

Keorganisasian

Aspek-aspek non-usaha juga berpengaruh terhadap keberlanjutan sebuah Kopdit. Faktor kuncinya adalah Kepemimpinan. Kepemimpinan yang dimaksud disini dimulai dari adanya program suksesi yang kontinyu (agar kepengurusan tidak didominasi oleh satu dua orang saja) sampai penghayatan terhadap nilai-nilai cooperative oleh pengelola Kopdit.

Tanpa adanya kepemimpinan yang berkualitas, pengelolaan sebuah Kopdit bisa amburadul. Kita sering mendengar ada Koperasi yang tutup karena Pengurus membawa kabur modal anggotanya. Ini hanya salah satu contoh minimnya kualitas kepemimpinan orang-orang yang diserahi tugas mengurus Koperasi.

Selain Kepemimpinan, segenap pengelola baik Pengurus, Pengawas, Manajemen sampai Aktivis harus dibekali dengan pengetahuan tata kelola koperasi yang baik. Ini didapatkan melalu training, lokakarya dan kegiatan yang relevan. Berkaca dari pengalaman, Kopdit-kopdit yang bertahan dan terus berkembang adalah Kopdit yang giat melaksanakan gerakan pendidikan baik secara internal maupun eksternal. 

Kemudian satu lagi, yang sedikit teknis. Sebagai sebuah organisasi, Kopdit juga harus memiliki program kerja baik jangka panjang maupun jangka pendek. Program strategis yang bersifat multi-tahun biasa mengakomodir target yang sifatnya lebih global, seperti misalnya target penetrasi anggota di wilayah sasaran, target aset dan lain-lain. Target jangka panjang ini kemudian di-breakdown lagi menjadi target yang lebih kecil, yang akan dikerjakan selama setahun. Misalnya: target anggota tahunan, target pendidikan, arus kas tahunan dan lain-lain.

Dengan program kerja seperti ini, Kopdit jadi memiliki panduan organisasi dan operasional. Yang tidak boleh dilupakan, program kerja ini harus didukung dengan aturan-aturan main yang jelas. Aturan Kopdit tidak boleh berhenti hanya pada AD-ART saja, melainkan juga harus diturunkan menjadi aturan operasional yang lebih detail dan teknis. Manfaatnya adalah keputusan-keputusan yang diambil tidak lagi reaktif karena segala sesuatunya sudah diatus dengan jelas.

Kesimpulan

Sekalipun masih sering dipandang sebelah mata dan sering dinodai dengan riwayat hitam, gerakan Koperasi telah menjadi mitra masyarakat kecil selama puluhan tahun. Koperasi sebenarnya menjadi salah satu model yang sesuai untuk program-program inklusi keuangan yang sedang digiatkan pemerintah cq Bank Indonesia belakangan ini. Hanya mungkin yang membuat koperasi sedikit tertinggal dari perbankan adalah teknologi dan manajemen resiko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun