.
Berharap lonceng gereja tidak berdentang dulu,
Kakek memaksa sepatu bututnya mempecundangi jalanan bersalju
Nafasnya dan perut tersengal, namun wajah tersenyum, takut padamkan kegembiraan sang cucu.
Untunglah melintas kereta kuda yang juga kelihatan terburu-buru.
.
“Hendak kemana, pak Tua?” wajah pria klimis nan berseri muncul menyapa menyejukkan hati.
“Jika hendak ke gereja, ayolah bersama kami…,”
.
Lima menit kemudian, kedua pengemis telah terguncang-guncang dalam kereta
ditemani seorang pria klimis yang ramah.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!