Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fabel] Carmelita

7 November 2015   17:51 Diperbarui: 7 November 2015   18:10 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pical Gadi No. 20

Hutan Cheriowood adalah salah satu hutan terindah di Eropa, apalagi pada musim semi seperti ini. Pepohonan jadi seperti bidadari yang bersolek, mengenakan gaun warna warni. Hijau, merah maroon,  kuning keemasan dan semarak warna lainnya. Ini membuat semua penghuni hutan bergembira dan menghabiskan hari di luar rumah selama mungkin.

Tapi mungkin tidak semua.

Carmelita, ibu ayam, sedang bersedih hati. Anak-anaknya, Tito dan Fernandez dua minggu lalu diterkam oleh Fawke, elang jahat yang memang selalu mengincar kaum ayam yang sedang lengah. Waktu itu Carmelita sedang asyik menyiapkan makan siang sehingga tidak memperhatikan lagi kedua anaknya yang bermain di luar rumah.

Ayam-ayam yang lain sempat berteriak memperingatkan Tito dan Fernandez saat Fawke datang. Tapi terlambat.

Peristiwa tersebut sudah dua minggu berlalu, namun Carmelita belum benar-benar bisa meninggalkan kesedihannya.

Akhirnya, Carmelita menemui Mufu, kodok betung yang dituakan di hutan itu. Mufu biasa memberikan nasihat-nasihat bijak untuk membantu siapapun yang menemuinya.

***

Pagi ini, Mufu tua juga kelihatan sedang asyik menikmati musim semi. Di atas teratai favoritnya, dia menenteng tongkat ranting jati sambil memandangi dedaunan.

Saat memandang wajah Carmelita dari kejauhan, Mufu langsung paham apa yang sedang dirisaukan Carmelita. Maka saat Carmelita tiba dan menyampaikan keluh kesahnya,  Mufu segera menyahut,

“Pergilah ke telaga Biru, lalu minumlah airnya yang segar itu…,”

Carmelita sedikit bingung.

“Aku hampir setiap hari melakukannya, tuan Mufu. Apa yang akan membuatnya berbeda dan menyembukan kesedihanku?”

Mufu terkekeh.

“Belum selesai, nak. Kamu baru boleh minum setelah ada delapan hewan yang minum. Lihat apa yang terjadi setelahnya.”

Walaupun belum paham benar, Carmelita tetap beranjak pergi.

****

Tak lama kemudian, dia sudah berada di tepi telaga Biru yang terletak di salah satu sudut Cheriowood. Di sekitar telaga ditumbuhi pohon oak,  hornbeam, spruce dan pohon lainnya, membuatnya cukup teduh.

Telaga cukup lengang sehingga Carmelita masih harus menunggu. Dia butuh delapan hewan, sebelum mencicipi air telaga itu. Menjelang siang telaga Biru mulai kedatangan ‘tamu’ lainnya.

“Hai, Carmelita…,” Rusa bermata lentik menyapa Carmelita.

“Oh, hai, Ruby…,” sahut Carmelita.

“Aku telah mendengar kabar duka itu. Aku turut berbelangsungkawa, kawan.”

“Terima kasih, Ruby”

“Oh, ya. Maaf aku sedang tergesa-gesa, aku harus membawakan air untuk Hanson. Dia… dia sedang sekarat. Kemarin dia berjalan terlalu jauh ke tepi hutan, dan terkena tembak seorang pemburu….,”

Carmelita terhenyak. Hanson itu suami Ruby.

“Oh. Aku baru mendengar kabarnya. Mudah-mudahan Hanson segera pulih. Aku akan menyempatkan diri menjenguknya...”

Carmelita pun memandangi Ruby yang segera minum dan mencedok air telaga ke dalam kantong kulit, lalu berpamitan.

Ruby pasti sangat khawatir,” batin Carmelita.

“Ini semua salahmu..!!”

“Tidak, ini salahmu…!!”

Dua suara cempreng tiba-tiba mengalihkan perhatiannya. Dua tupai bersaudara, Folk dan Fulk sedang bertengkar di tepi telaga yang lain.

“Hei…., Hei..!!, Apa yang kalian pertengkarkan?!” seru Carmelita.

Dua tupai itu terkejut, lalu memandang Carmelita sedikit malu.

Folk pun buka suara,” Seekor Cheetah gila tadi malam mengobrak-abrik rumah kami. Fulk tertidur tanpa memadamkan pelita, sehingga Cheetah itu mengetahui keberadaan rumah kami. Untung saja kami selamat…,”

“Hei…!! Kamu sendiri bilang masih akan membaca, sehingga aku membiarkan pelitanya tetap menyala…,! Ini salahmu!...” sambung Fulk.

“Ini salahmu!!.”

Mereka berdua beradu mulut lagi, malah sekarang mulai saling mendorong satu sama lain. Carmelita pun buru-buru mendekat dan melerai mereka.

“Sudahlah! Daripada bertengkar, bukankah sebaiknya kalian memperbaiki rumah kalian,… dengan sedikit dekorasi mungkin. Ini musim semi, bukan?”

Folk dan Fulk terdiam membenarkan.

“Kedengarannya bagus, Carmelita.”

“Terima kasih idenya,…”

Keduanya lalu minum, mengambil air seperlunya, lalu berpamitan dan buru-buru pulang.

Carmelita masih harus menunggu lima lagi sebelum ikut minum air telaga itu.

 Tak lama kemudian, Trezie, Kuda Poni datang lalu berkeluh kesah tentang kawannya, Ester yang barusan menolak cintanya. Lalu ada Charlie, kancil penjual mantel daun mahoni yang mengeluh dagangannya sedang lesu. Kemudian Hushky, antelop yang terluka karena  baru saja meloloskan diri dari perangkap, Drunnie, landak tua yang mulai kesepian ditinggalkan anak-ananya dan Chomp, bocah babi hutan yang dititip pada kakeknya, karena kedua orang tuanya melakukan perjalanan jauh ke rumah kerabat mereka.

Pada setiap yang datang, Carmelita mencoba memberikan nasehat dan saran-saran.

Hari hampir petang, setelah Chomp, hewan ke-delapan berpamitan. Inilah saat yang ditunggu-tunggu, apalagi Carmelita memang sedang kehausan. Dengan berdebar-berdebar dia perlahan menunduk dan mereguk air telaga. Rasanya……… biasa saja! Tidak ada yang terjadi, kecuali dia merasa lega karena dahaganya terpuaskan.

“Apa maksud Mufu tua?,” batin Carmelita. “Aku masih merasa……?”

Cling!!

Ya, Carmelita pun menyadari maksud Mufu tua membuatnya menunggu seharian. Carmelita mulai melupakan kesedihannya setiap kali kawan-kawannya datang dan menceritakan masalah mereka. Dengan ikut memberi penguatan kepada kawannya, dia juga belajar untuk menjadi tabah dan kuat. Dia juga memahami sesuatu. Baik dirinya, Ruby, Charlie, Folk, Fulk dan yang lainnya pasti memiliki masalah masing-masing. Yang terpenting adalah jangan sampai berlarut-larut dalam kesedihan sehingga menepis kegembiraan yang mungkin ada di depan mata.

Untuk pertama kalinya dalam hari-hari ini, Carmelita mampu tersenyum cerah. Dia pun bergegas pulang untuk segera berterima kasih kepada Mufu Tua atas pelajaran berharga hari ini.

_________________________________

ilustrasi gambar dari: favim.com

NB:

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community | Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun