“Kamu tahu gak? Cewek-cewek rela antri mau jadi kekasih ayang Wahyu, beeeb. Ih, beruntung banget kamu bisa berdua-berduaan di taman…, Eh aku….,”
Pembicaraan terputus.
Dahlia baru ingat handphone-nya low batt berat. Tapi bagus juga, kalau tidak bisa lebih lama dia mendengar ocehan Anya.
Tahu-tahu pesan dari Wahyu masuk ke messenger-nya. Wahyu mengabarkan artikel tentang public space-nya sudah diposting, sekalian menyertakan tautan artikelnya. Dahlia pun menelusuri internet, dan menemukan foto manisnya di blog Wahyu. Anya memang benar. Dalam sekejab, puluhan komentar berjibun di bawah artikel tersebut. Beberapa di antaranya menanyakan siapa sosok cewek manis dalam artikel itu. Dahlia membalas pesan Wahyu sedikit centil,
“Duuh, fans ceweknya buanyak!”
Wahyu memasang emoticon senyum lebar.
“Berkah sekaligus cobaan….”
Peristiwa itu pun jadi awal persahabatan mereka. Dalam waktu singkat Dahlia langsung merasa dekat dengan sosok Wahyu, begitu pun sebaliknya.
Pagi ini mereka sepakat bertemu di taman kota. Wahyu mengatakan akan memberi surprise. Memikirkannya, membuat Dahlia tidak bisa tidur sepanjang malam. Kedatangannya pun lebih awal.
Sambil menunggu jemarinya mengetik-ngetik semacam catatan harian pada aplikasi memo di tablet-nya.
“Salahkah bermimpi jatuh cinta dengan penulis? Jika dalam merangkai kata saja, mereka begitu mempesona dan “liar”, bagaimana dengan merangkai cinta? Dahsyatnya letusan bom Hiroshima, megahnya Borobudur atau romantisnya hujan Desember pun bisa mereka ciptakan dari ujung penanya.