Dahlia melotot. Reaksi yang wajar. Namun Wahyu seperti sudah hafal dengan situasi tersebut.
“Aku Wahyu, mbak. Blogger. Aku sedang membuat artikel tentang public space di kota kita. Salah satunya taman Manggis Dua ini. Kalau tidak keberatan mbak jadi modelnya, gitu….,” dengan gagah dan santun Wahyu menyampaikan maksud hatinya.
Dahlia pun perlahan-lahan cair.
“Mesti aku ya?”
Wahyu mengiyakan. “Kalau mbak udah pas. Tinggi, cantik…. Aku lihat sering jogging di taman ini. Siapa tahu tidak keberatan, sekalian aku wawancarai juga…,”
Dahlia terkejut lagi. Tapi tak urung dia mengiyakan permintaan Wahyu juga.
Proses jeprat-jepret dan wawancara singkat pun berjalan mulus. Sebelum pisah mereka sempat bertukar PIN, tapi tidak ada komunikasi apa-apa lagi setelah pertemuan sekilas itu.
Seminggu kemudian, Dahlia mendapat telepon dari Anya, kawan karibnya.
“Ada foto kamu di blog ayang Wahyu, Beeeeb!!…..,” Anya heboh sendiri diujung teleponnya. “Kamu ketemu dimana sama ayang Wahyu…!!???”
“Kamu kenal sama mas Wahyu?”
Jawaban Anya bikin Dahlia terkejut… lagi. Memang dia selama ini kurang aware dengan dunia literatur terutama fiksi. Jadi baru tahu kalau Wahyu itu ternyata penulis fiksi romantis yang dua bukunya telah jadi best seller.