Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fiksi Penggemar RTC] Agnes Mogyla

10 September 2015   20:03 Diperbarui: 10 September 2015   20:03 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

No. 28 Pical Gadi

 

Panggung megah ber-light system ribuan megawatt hampir roboh oleh aplause panjang membahana penonton konser. Dayat di deretan depan penonton, memandang Agnes Mogyla, penyanyi multitalenta pujaan hatinya itu dengan mata berkaca-kaca. Penampilannya kali ini begitu memukau. Dayat mencoba mengabadikan momen tersebut dengan kamera smartphone-nya, namun yang terjadi kemudian membuatnya hampir pingsan saking kagetnya.

Agnes Mogyla, yang kali ini berdandan nge-rock dengan jaket kulit hitam selaras dengan sepatu boot-nya, menyihir penonton melalui kata-kata dari ujung microphone-nya.

“Berikutnya, lagu untuk my beloved one yang saat ini ikut hadir di antara penonton. Saya mohon kesediaannya untuk naik ke atas panggung dan berduet bersama. Ladies and gentlemen, please welcome….. mas Dayaaat!”

Dayat menatap tak mengerti, tapi begitu tatapannya bersirobok dengan tatapan Agnes, Dayat benar-benar yakin dirinyalah yang dimaksud dengan my beloved one itu.

“Ayo mas Dayat…,” sapa Agnes lagi dengan suara yang semakin sendu.

Kaki-kaki Dayat pun bergerak berjalan ke arah sisi panggung. Suara tepuk tangan penonton juga mulai terdengar, bersamaan dengan suara denting piano yang merdu. Itu intro untuk sebuah lagu romantis, duet Agnes Mogyla dengan musisi senior Achmad Gami.

Apakah kini Agnes mengajaknya menyanyikan lagu itu bersama? Entahlah. Yang pasti saat ini Agnes sedang berdiri menunggunya di atas panggung, sambil menjulurkan telapak tangan dengan mata penuh cinta. Dayat benar-benar merasa bahagia lahir batin, lalu perlahan-lahan menaiki anak tangga demi anak tangga.

Pada anak tangga terakhir kakinya terpeleset, lalu Dayat merasakan tubuhnya limbung, dunia terputar dan….. Braakkk..!!!!

Dayat berusaha sekuat tenaga membuka pelupuk matanya. Sepertinya dia baru saja terjatuh dari tempat tidur. Panggung yang megah semarak, berubah jadi kasur nomer dua, dan riuh rendah suara penonton berubah jadi nyanyian jangkrik di luar kamarnya. Dari jam weker yang nangkring pasrah di atas lemari, terlihat kalau waktu menunjukkan masih pukul 02.00 dini hari.

Cuman mimpi ternyata…..

Dayat membanting lagi tubuhnya ke atas lantai, sedikit kesal.

 

***** 

Potongan mimpi  itu diceritakan kepada Bom-bom kawan akrabnya di Saiya Entertainment, sebuah EO terkenal di kota mereka. Mereka saat ini sedang berada di sebuah kafe mungil di depan kantor, menghabiskan waktu istirahat siang dengan cola dingin dan beef burger.

“Mungkin lu  kepikiran terus karena seminggu lagi kita nge-handle konser Agnes,” ucap Bom-bom sok bijak sambil mengunyah beef burger-nya.

“Mungkin juga, Bom. Tapi lu kan tahu, sejak dulu gue nge-fans banget sama Agnes…,” sahut Dayat.

Bom-bom mengangguk-angguk.

“Agnes Mogyla itu sosok inspiratif. Seorang wanita pekerja keras, smart, cantik, suaranya bagus, acting-nya keren, body-nya mantap, go international, udah gitu, low profile pula,” sambung Dayat lagi. 

Bom-Bom mengangguk, lalu memasukkan kembali potongan burger ke dalam mulutnya yang lapang.

“Makanya jangan sia-siakan kesempatan konser Agnes nanti, mumpung EO kita yang dipercaya manajemen Agnes. Siapa tahu lu bisa bertemu langsung dan mengutarakan isi yang paling dalam….,”

Dayat tersipu malu.

“Sebenarnya dari tadi gue pengen dengar kata-kata itu dari elu. Gue butuh support dari teman sendiri…,”

“Mantaplah…,”

Seketika senyuman Dayat sirna.

“Mantap sih, mantap, bro. Kenapa burger gue diembat juga??!!” hardik Dayat.

Bom-bom pura-pura terkejut lalu tersenyum malu-malu.

“Masa sih? Oh ini burger elu ya. Waduh, sorry mas bro,…. Tadi terlalu semangat sampai lupa kalau ini punya lu…,”

“Huu….,” Dayat menggerutu panjang.  “Ya udah, utang gue lunas ya…”

“Haahh!!,” Bom-bom menelan bulat-bulat potongan Burger di mulutnya, lalu buru-buru mencari air minum.

******

Penantian selama seminggu benar-benar terasa panjang. Setiap hari Dayat melatih kosa kata yang akan diucapkannya jika nanti benar-benar bertatap wajah dengan pujaan hatinya.

 “Mbak Agnes, perkenalkan, saya Dayat… pengagum setia mbak Agnes…,”

Dayat masih merasa kurang pas.

Hello lady, I’m Dayat. Welcome aboard…,” lanjutnya dengan suara dibuat bas persis penyanyi opera.

“Halo, mbak. Saya Dayat anak pak Sukri, mantan Lurah Kebon Kangkung, kelurahan paling gaul se-Indonesia Raya…,”

Hadehh, lebih parah kayaknya.

Memang pada event kali ini, Dayat ditugaskan project manager membantu di bagian publikasi. Jadi kerjaannya tidak jauh-jauh dari cetak mencetak spanduk, poster, flyer dan perangkat promosi lainnya, serta gantian shift menunggui sosmed Saiya Entertainment. Namun sebagai “orang dalam” Dayat tentu punya akses lebih dibanding orang kebanyakan untuk urusan backstage. Jika dia pandai-pandai memanfaatkan kesempatan bukan tidak mungkin bisa mewujudkan impiannya bertemu langsung dengan Agnes Mogyla, sang pujaan hati.

Dayat juga tidak lupa mempersiapkan sejumlah CD original Agnes Mogyla untuk ditandatangani penyanyi aslinya nanti.

Sembari mandi, dengan kepala masih penuh busa shampoo pun, Dayat tidak lupa menghafalkan lirik lagu duet Agnes, baik lagu yang berbahasa Indonesia sampai lagu yang berbahasa asing. Dia mesti mempersiapkan diri kalau-kalau beneran dipanggil berduet di atas panggung (ngarep.com)

Yang bikin jengkel bombay adalah kawan-kawan Dayat yang semula tidak pernah menunjukkan tanda-tanda jadi penggemar, belakangan ini memelas-melas kepada Dayat minta diberi akses ke belakang panggung untuk ketemu Agnes. “Tak sudi lah yau!!” prinsip Dayat.

******

Akhirnya hari-H yang ditunggu-tunggu tiba juga. Agnes Mogyla datang bersama satu rombongan besar berisi manajemen dan penari latarnya. Beberapa properti panggung mulai dari yang ringan sampai yang berat juga dibawa serta.

Konser diselenggarakan di ballroom sebuah hotel bintang lima, sedianya dimulai pukul 10.00 malam. Tapi sejak siang, Agnes bersama seluruh tim penampil sudah mengubek-ubek sound system, light system, melakukan GR dan mempersiapkan segala sesuatunya agar performance malam nanti bisa berjalan lancar.

Dayat kita kemana?

Oh, dia sedang menunggui momentum dengan setia. Sesekali kesal juga gegara sedikit-sedikit disuruh beli ini itu oleh kru Saiya Entertainment senior. Maklum, dia termasuk yang paling muda di antara mereka.

Kesempatan emas datang di sela-sela rehat GR, saat Agnes berbincang sesuatu dengan Kelvin, sang project manager. Jari jemari dan tangan Agnes bergerak-gerak dinamis selaras dengan irama bibirnya. Tanpa balutan make up malah terkesan kucel karena keringatan pun, Agnes masih tetap mempesona, paling tidak di mata Dayat. Dari kejauhan Dayat menatap kagum… sampai hampir pingsan saking kagetnya saat Kelvin memanggil namanya.

“Sini…!!”

Dayat berjalan setengah berlari ke arah mas Kelvin dan Agnes. Jantungnya mulai berdegup kencang, mirip ibu-ibu arisan lagi nunggu nomor lotere yang mau keluar. Begitu sampai, Dayat langsung pasang senyum paling manis, sambil berharap tidak ada potongan cabe risoles yang nyelip di antara giginya.

“Iya, mas? Halo, mbak Agnes….,”

Agnes balas tersenyum manis.

“Yat, bisa minta tolong panggilin mbak Novi? HP-nya ditinggal di meja panitia tuh…”

“Oh, tadi mbak Novi lagi ngomong sama orang hotel, mas. Tapi… baik, saya cari dulu ya,… ”

Dayat baru mau berbalik, tapi mengurungkan niatnya. Kelvin dan Agnes jadi heran.

“…tapi sebelumnya…. Mbak Agnes boleh gak? Ehm!... boleh gak minta…..  tandatangannya?,”

Agnes tersenyum. Kelvin menjulingkan mata ke atas. “Nanti aja minta tanda tangannya, Yat. Mbak Agnesnya kan lagi rehat nih…,” ujarnya.

“Udah gak apa-apa, mas. Oh ya, saya tanda tangan dimana nih?”

Dayat tersentak kaget. Lalu buru-buru mengeluarkan beberapa CD dan spidol dari tas mini yang tersampir di punggungnya.

“Disini aja mbak,…. Maaf merepotkan,” Dayat memaki diri dalam hati. Potongan-potongan kalimat yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari tiba-tiba hilang semua. Dia malah jadi terlihat super kikuk di depan idolanya itu.

“Nama saya, Dayat, mbak..,”

“Iya, tahu…,” sahut Agnes tersenyum. “Tadi sudah dikenalin mas Kelvin. Katanya kamu banyak nempel poster saya di rumah kamu…,”

“Iya mbak, hehehe….,” Dayat tersipu malu.

“Saya juga tahu hal lain, loh,” Agnes tersenyum penuh misteri. Dayat menyurutkan senyumnya. Jangan-jangan mbak Agnes tahu kalau gue punya banyak utang khususnya pada Bom-bom nih, batin Dayat.

“Selain pop sama rock, kamu juga senang musik dangdut, iya kan?” todong Agnes.

Dayat mengangguk, “Iya mbak,” sambil berpikir keras darimana sosok idolanya mengetahui fakta itu.

“…terus, kamu suka dangdut yang nge-beat, bener gak?”

Dayat mengangguk lagi.

“…. kamu suka Ainul Daratester?!”

Dayat hampir terpekur pasrah. Semua tebakan Agnes benar adanya. Siapa sih yang usil membongkar informasi A1 itu kepada seorang Agnes Mogyla. Kelvin yang sejak tadi diam ikut-ikutan heran…

“Kok bisa tahu, mbak?” Dayat benar-benar tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.

Agnes tersenyum lagi lalu mengarahkan telunjuknya ke arah tangan Dayat.

“Nih, ada CD Ainul Daratester yang nyelip disini. Apa mesti saya tandatangani juga??….,”

Dayat memandangi CD Aninul Daratester di tangannya dengan tampang lucu. Kayak pemain catur kena skak mat, lalu tersipu malu mirip kucing yang ketangkap basah lagi ngincer tulang. Kelvin tertawa sejadi-jadinya.

Ah, tengsiiiin….!!  

________________________

 

[cerita ini terinspirasi dari salah satu sinetron ABG yang pernah tayang di layar kaca, sayang lupa judul sinetronnya]

 

Karya ini orisinil dan belum pernah dipublikasikan

 

ilustrasi gambar dari: www.redbubble.com

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun