Dayat berusaha sekuat tenaga membuka pelupuk matanya. Sepertinya dia baru saja terjatuh dari tempat tidur. Panggung yang megah semarak, berubah jadi kasur nomer dua, dan riuh rendah suara penonton berubah jadi nyanyian jangkrik di luar kamarnya. Dari jam weker yang nangkring pasrah di atas lemari, terlihat kalau waktu menunjukkan masih pukul 02.00 dini hari.
Cuman mimpi ternyata…..
Dayat membanting lagi tubuhnya ke atas lantai, sedikit kesal.
*****
Potongan mimpi itu diceritakan kepada Bom-bom kawan akrabnya di Saiya Entertainment, sebuah EO terkenal di kota mereka. Mereka saat ini sedang berada di sebuah kafe mungil di depan kantor, menghabiskan waktu istirahat siang dengan cola dingin dan beef burger.
“Mungkin lu kepikiran terus karena seminggu lagi kita nge-handle konser Agnes,” ucap Bom-bom sok bijak sambil mengunyah beef burger-nya.
“Mungkin juga, Bom. Tapi lu kan tahu, sejak dulu gue nge-fans banget sama Agnes…,” sahut Dayat.
Bom-bom mengangguk-angguk.
“Agnes Mogyla itu sosok inspiratif. Seorang wanita pekerja keras, smart, cantik, suaranya bagus, acting-nya keren, body-nya mantap, go international, udah gitu, low profile pula,” sambung Dayat lagi.
Bom-Bom mengangguk, lalu memasukkan kembali potongan burger ke dalam mulutnya yang lapang.