Maka, tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa Rasisme mengindikasikan jiwa yang "sakit". Di luar ia tampak perkasa, tetapi di dalam jiwanya terpecah-pecah.Â
Ia begitu lemah sampai-sampai ia harus menyangkali kelemahan itu.
Rasisme bukan satu-satunya respons terhadap rasa gelisah atau kurang percaya diri. Mengonsumsi obat-obat terlarang, mabok-mabokan, merokok, atau bergaya hidup konsumtif adalah beberapa strategi menangani (coping strategy) yang lain.
Orang-orang yang jiwanya sehat tidak bersikap rasis seperti halnya mereka tidak bergantung kepada obat-obatan terlarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H