Mohon tunggu...
Philip Manurung
Philip Manurung Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

lahir di Medan, belajar ke Jawa, melayani Sulawesi, mendidik Sumatera; orang Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Makar Mussolini Berujung Amuk Massa

18 Mei 2019   09:31 Diperbarui: 18 Mei 2019   10:47 2139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak kurang dari 30 ribu jemaah Fasis memasuki ibukota menuntut "revolusi"; kata sandi mereka untuk "makar".

Raja tidak berkutik. Demi keselamatan bangsanya, ia harus merelakan kekuasaan ke tangan kaum Fasis. Pada 29 Oktober 1922, Mussolini diangkat menjadi perdana menteri, yang termuda sepanjang sejarah Italia.

Setelah meraih kekuasaan, segala lawan politik mereka lenyap tak berbekas. Awan mendung menutupi seluruh Italia.

Siapa Menabur Teror, Menuai Teror 

Babak final pemerintahan teror Mussolini dimulai sepuluh hari sebelum kematiannya. Pada 18 April 1945, Mussolini tiba di Milan pukul 7 malam.

Pada tahun itu, sebagian besar Italia sudah dikuasai Sekutu. Beruntung, Mussolini diselamatkan oleh Jerman Nazi. Hitler ingin agar ia melanjutkan perlawanan di Italia Utara.

Kendati demikian, ada rumor yang beredar bahwa Jerman sebenarnya berencana menyimpan Mussolini sebagai alat negosiasi bila mereka kalah kepada Sekutu.

Mendengar itu, Il Duce segera meninggalkan Milan. Ia membawa serta Claretta Petacci, selingkuhannya, dan beberapa petinggi Partai Fasis. Rencananya mereka akan menyeberang ke Swiss. Ia bermimpi dapat menghabiskan hidupnya dalam suaka di negara yang terkenal netral itu.

Ia bermimpi dapat menghabiskan hidupnya dalam suaka di negara yang terkenal netral itu.

Diktator gundul itu membaur di antara iringan-iringan tentara Jerman yang sedang menuju perbatasan. Mengenakan helm dan mantel tentara Jerman, Il Duce duduk di dalam truk angkatan udara Luftwaffe.

Sayang, sekalipun telah berpura-pura mabuk, seorang simpatisan Sosialis mengenalinya. Bagaimana tidak? Bertahun-tahun poster wajahnya telah memenuhi tembok-tembok di seantero Italia. Wajahnya yang familier justru menjadi kutukan baginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun