Menanti Dampak Iklan Kontroversial terhadap Elektabilitas
Ini bukan pertama kalinya PKS mengeluarkan iklan yang kontroversial. Dan, survei membuktikan, iklan-iklan PKS yang kontroversial seringkali berdampak negatif terhadap perolehan suara. Data-data berikut dikutip dari laman https://tirto.id/kontroversi-iklan-pks-membidik-simpati-berujung-antipati-dlkR.
Menjelang Pemilu tahun 2009, partai berlambang sabit dan padi itu merilis Soeharto sebagai salah satu guru bangsa. Saat Pemilu digelar, perolehan suara PKS berkurang sekitar 100 ribu dibandingkan Pemilu 2004.
Pada Pemilu 2014, PKS merilis iklan tentang statistik kasus korupsi para elit parpol. Tampaknya, penonton mencium kemunafikan, sebab pada tahun yang sama, Luthfi Hasan terjerat kasus suap. Akibatnya, pada tahun itu PKS kehilangan 17 kursi di DPR.
Ini membuktikan keabsahan penelitian yang diadakan oleh Matthew P. Motta dan Erika Franklin Fowler (2016). Mereka menyimpulkan bahwa dampak iklan kampanye memang kecil tetapi tidak berarti selalu terprediksi. Ada banyak faktor lain yang memengaruhi efektivitas sebuah iklan kampanye. Di antaranya, isi dari pesan yang disampaikan, target individu yang menonton, dan situasi kontekstual.
Ada banyak faktor lain yang memengaruhi efektivitas sebuah iklan kampanye. Di antaranya, isi dari pesan yang disampaikan, target individu yang menonton, dan situasi kontekstual.
Sementara ini banyak lembaga survei meloloskan PKS dari ambang batas parlemen dengan persentase 4,5%-6%.Â
Baca pula
Namun, bisa jadi keluarnya iklan tersebut akan membuyarkan elektabilitas PKS. Pesan moral: Jangan merendahkan ODGJ.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H