Tevye meletakkan gelas slokinya.
"Lazar, apa yang Anda bicarakan? Apa yang bisa dilakukan sapi kecil itu untuk menemani Anda?"
"Sapi? Begitukah Anda memanggilnya?" Suara Lazar meninggi.
"Ya, memangnya bagaimana lagi saya memanggilnya? Begitulah dia", Tevye menimpali.
"Reb Tevye, Anda tidak tahu apa yang sedang Anda bicarakan."
"Tentu saja saya tahu. Kita sedang membicarakan anak sapi saya yang mau Anda beli dari saya."
Meledaklah tawa Lazar. Kini ia menyadari kesalahpahaman di antara mereka. Ia hendak meminang putri Tevye, sedangkan Tevye mengira dia hendak membeli anak sapinya.
Salah paham tidak selalu buruk. Seringkali kesalahpahaman justru berujung tawa. Mungkin itulah harapan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ketika merilis iklan kampanye mereka yang terbaru. Bila penonton terpingkal-pingkal, maka otak pun rileks dan mau menerima gagasan yang ditawarkan. Sayangnya, iklan tersebut mengundang lebih banyak kritik daripada tawa.
Bila penonton terpingkal-pingkal, maka otak pun rileks dan mau menerima gagasan yang ditawarkan.
Sudahkah Anda menonton iklan yang saya maksud? Kalau belum, silakan menontonnya terlebih dulu.