Mohon tunggu...
Philip Manurung
Philip Manurung Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

lahir di Medan, belajar ke Jawa, melayani Sulawesi, mendidik Sumatera; orang Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kisah Tragis Luna, "Jenderal Sudirman"-nya Filipina

4 Maret 2019   15:20 Diperbarui: 4 Maret 2019   20:25 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Artikulo Uno Productions memproduksi trilogi kisah jenderal-jenderal masa revolusi Filipina. Yang pertama berjudul Heneral Luna (2015), yang awalnya saya pikir film Spanyol. Kedua, Goyo: Ang Batang Heneral (The Boy General), mengisahkan tentang jenderal Gregorio Del Pilar (2018). Dan yang ketiga masih dalam tahap produksi.

Kisah hidup kedua jenderal yang disebutkan di atas berakhir dengan tragedi. Namun, yang paling tragis adalah yang pertama. Mengapa?

Jika di Indonesia Jenderal Besar pertamanya, Sudirman, dielu-elukan, dipuji, dan disayangi presiden pertama, Soekarno, tidak demikian halnya di Filipina. Jenderal Besar pertamanya justru dibenci kabinet, dan ditengarai dibunuh oleh presidennya sendiri.

Jenderal Luna tidak mati dalam pertempuran melawan penjajah. Dia dicincang di halaman istana presiden di Kabanatuan.

Masa Remaja Hingga Angkat Senjata
Antonio Luna de San Pedro lahir pada 9 Oktober 1866 di Manila, anak ketujuh dari seorang pedagang keliling. Dididik oleh Maestro Intong yang termasyhur, pada usia 15 tahun ia sudah memperoleh gelar Bachelor of Arts.

Pada tahun 1890 Luna pindah mengikuti kakaknya, Juan, untuk melanjutkan studi di Madrid. Di sana ia memperoleh gelar doktor dari Universidad Central de Madrid pada usia 27 tahun. Spesialisasinya adalah bakteriologi dan histologi.

Ia pernah menerbitkan sebuah makalah ilmiah tentang malaria yang diterima dengan pujian di kalangan ilmuwan. Maka, pemerintah Spanyol memintanya mengabdi sebagai spesialis dalam penyakit-penyakit tropis. Namun, ia memilih pulang ke Filipina untuk menjadi kepala ahli kimia di Laboratorium Munisipal Manila. Ketika itu Filipina dijajah Spanyol.

Di kota itu pula, ia dan Juan mendirikan klub anggar. Dari situ ia mulai berkenalan dengan gerakan revolusi bawah tanah, Katipunan, yang awalnya ia tentang. Luna lebih menyukai reformasi birokrasi daripada revolusi kemerdekaan.

Naas, ia ditangkap juga dan diasingkan ke Spanyol. Tidak lama, sebab pengadilan mengampuninya atas usaha seorang pelukis terkenal.

Kembali ke Filipina untuk kedua kalinya, sikap Luna terhadap pemerintahan kolonial berubah total. Ia siap mengangkat senjata dan mulai belajar ilmu militer. Kelak, perang gerilya, reorganisasi militer, dan penguatan benteng adalah strategi-strategi yang menjadi ciri khasnya.

Menjadi Heneral
Luna adalah orang pertama yang mencium keganjilan atas berlabuhnya pasukan Amerika di Manila pada bulan Agustus 1898. Padahal, sejak Juni 1898, pasukan-pasukan Filipina telah berhasil mengepung Filipina. Menurut insting militer Luna, mereka harus segera masuk dan menduduki kota benteng itu. Namun Aguinaldo, pemimpin revolusi yang telah diangkat menjadi presiden, termakan janji-janji manis Jenderal Wesley Merritt dan Komodor George Dewey ketika di Hongkong. Ia percaya kedatangan Amerika bermaksud baik untuk memastikan penyerahan kekuasaan dari Spanyol ke Filipina.

Luna pun meradang. Terlebih setelah melihat perangai dan gerak-gerik pasukan Amerika. Ia dikenal sebagai komandan yang tegas dan berapi-api. Untuk menjinakkan Luna, Aguinaldo menaikkan jabatannya menjadi Brigjen dan mengangkatnya menjadi Kepala Operasi Perang.

Luna tidak menyia-nyiakan posisi barunya. Ia segera membenahi disiplin militer, memperkenalkan seragam tentara nasional, dan mendirikan Academia Militar di Malolos, yang menjadi cikal bakal Akademi Militer Filipina sekarang.

Namun, satu matanya tetap ia tujukan kepada pasukan Amerika. Ketakutannya segera terbukti. Suatu insiden pecah antara sekelompok pasukan Filipina dan Amerika yang sedang berpatroli. Tujuan asli Amerika pun tersingkap.

Film Heneral Luna dibuka dengan adegan rapat kabinet yang sedang memanas. Di ujung meja duduk Presiden Aguinaldo dan Apolinario, sang Perdana Menteri, di sampingnya. Di ujung yang lain Jenderal Luna dan beberapa stafnya.

Motivasi ekonomi nyata benar pada sejumlah anggota kabinet, tetapi Presiden seolah abai. Di mata Luna, beberapa menteri hanyalah orang-orang munafik yang mudah berganti majikan menyesuaikan situasi. Kemarahan Luna memuncak. "Pilih mana: Bisnis atau Kemerdekaan; Negara atau keluarga?" serunya menggelegar. Bahkan, Luna berani menuding Presiden ibarat "Perjaka yang percaya cinta seorang pelacur."

Di tengah-tengah perdebatan itu, muncullah seorang bentara membawa pesan tentang insiden yang baru saja terjadi. Aguinaldo terpaku. Tanpa mengakui kekeliruannya, ia segera meminta Jenderal Luna mengadakan segala persiapan yang diperlukan untuk membalas Amerika.

Perang Filipina-Amerika
Perlawanan Filipina sebenarnya cukup sengit, apalagi dipimpin oleh jenderal sekaliber Luna. Namun, seringkali hambatan terbesar berasal dari kalangan militer sendiri. Dalam suatu pertempuran sengit, Luna meminta bantuan dari pasukan dari Kawit yang dipimpin seorang Kapten. Kapten tersebut menolak mematuhi perintah Luna dengan dalih bahwa ia hanya menerima perintah dari presiden. Luna datang dan melucuti para pembangkang itu.

Di lain waktu, terkait pertempuran di Kalumpit, Luna meminta bantuan dari sesama jenderal. Sebagai Kepala Operasi Perang, ia berhak mengatur strategi terbaik demi kemajuan perang. Tomas Mascardo menolak, juga dengan dalih bahwa ia hanya menerima perintah dari presiden. Mascardo akhirnya tunduk ketika Luna mendatanginya dengan membawa peti mati.

Jengah dengan kebebalan dan tindakan-tindakan indisipliner seperti itu, Luna mengajukan pengunduran diri kepada Presiden. Aguinaldo sendiri diketahui telah mengangkat pasukan Kawit menjadi Paspampres. Takut kehilangan jenderalnya yang jenius, Aguinaldo membujuk Luna dan lagi-lagi menjinakkanya dengan mengangkatnya menjadi Panglima atas seluruh angkatan bersenjata.

Luna kembali bekerja. Tanggung jawab yang baru menuntut kejeniusannya. Ia merancang sebuah sistem pertahanan tiga lapis, yang nantinya dikenal sebagai Garis Pertahanan Luna. Sebuah markas gerilya di atas bukit yang dikelilingi ribuan jebakan, jaringan bawah tanah yang menghubungkan sejumlah desa.

Untuk merealisasikannya ia membutuhkan 2000 tenaga sukarela. Ia mendapat 4000. Bagaimana caranya? Dengan mengaktifkan Pasal 1 (Artikulo Uno) yang intinya ancaman mati bila menolak perintah Jenderal Besar.

Dikhianati Presidennya Sendiri
Tidak terelakkan, gaya kepemimpinan Luna menyebabkan akumulasi birokrat dan perwira sakit hati. Mereka telah merasakan dibentak, diancam, bahkan ditangkap karena tidak mematuhi perintah Luna. Itu harus dilakukan mengingat banyaknya orang-orang bermuka dua dan oportunis di tubuh pemerintah.

Pada tanggal 2 Juni 1899, Jenderal Luna menerima dua telegram. Yang pertama memintanya untuk membantu perlawanan di Pampanga. Yang kedua adalah dari Aguinaldo, yang memerintahkannya datang ke Kabanatuan, kira-kira 120 kilometer sebelah Utara Manila. Pemerintah berencana membentuk kabinet baru.

Memilih patuh kepada presidennya, Luna pergi ke ibukota darurat itu bersama 25 orang pilihannya. Karena ada masalah dengan transportasi, Luna tiba di istana presiden pada 5 Juni hanya ditemani dua orang perwira, yaitu Kolonel Roma dan Kapten Rusca.

Alih-alih bertemu dengan Aguinaldo atau anggota kabinet yang lain, ia ditemui oleh seorang musuh lamanya. Buencamino adalah seorang menteri yang pernah dihinanya karena dianggap pengecut. Orang itu memberitahu Luna bahwa rapat dibatalkan dan Aguinaldo sedang keluar kota. Marah, Luna langsung balik kanan. Tiba-tiba, di luar terdengar suara senapan menyalak.

Luna segera turun ke bawah untuk membentak tentara yang teledor menembak di lingkungan istana presiden itu. Tak dinyana, di bawah sudah menunggu komandan pasukan Kawit yang dulu ia demosi karena membangkang.

Perwira itu langsung membacok Luna dengan parangnya. Tentara yang lain segera mengepung Jenderal Besar yang sudah terluka. Luna mencoba membalas dengan pistolnya tetapi meleset. Pasukan liar itu pun beramai-ramai menumpahkan kekesalannya. Luna dicincang.

Tetap saja singa itu meronta. Bermandikan darah, ia berjuang untuk keluar dari halaman gedung. Roman dan Rusca berlari menolong, tetapi mereka segera disambut tembakan. Roman mati di tempat; Rusca terluka parah.

Rubuhlah Jenderal Luna; tenggelam dalam darahnya. Sebelum menerima kekalahannya, ia berseru kepada para pembunuhnya: "Pengecut!" Ia mati dalam usia 32 tahun. Dikubur sembarangan di sebuah halaman gereja terdekat.

Warisan Sang Jenderal
Kematian Luna seakan memeteraikan kekalahan Filipina. Sepeninggal Luna, Aguinaldo memecat para perwira dan orang-orang setia Luna dari angkatan bersenjata Filipina.

Sontak, pasukan Filipina mendapat kekalahan bertubi-tubi dari Amerika dan memaksa Aguinaldo mengungsi. Selama 18 bulan berikutnya ia terus berpindah-pindah mencari tempat sembunyi. Akhirnya, ia ditangkap pasukan Amerika pada 23 Maret 1901. Kurang dari setahun sejak pembunuhan Luna.

Jenderal Luna adalah lawan yang tangguh bagi armada Amerika. Bahkan, para perwira tinggi Amerika tidak sungkan memuji kejeniusan dan daya juangnya. Jenderal James Bell menulis bahwa Luna "adalah satu-satunya jenderal yang dimiliki angkatan bersenjata Filipina". Jenderal Frederick Funston, yang berhasil menangkap Aguinaldo di Palanan, menyebut Luna sebagai "pemimpin Republik Filipina yang paling layak dan paling agresif".

Kini, nama Luna, atau Antonio Luna, atau Heneral Luna banyak diabadikan menjadi nama jalan, kecamatan, bahkan munisipal (seperti kota).

Kisah tragis Jenderal Luna mengingatkan kita bahwa musuh terbesar suatu bangsa adalah musuh dalam selimut. Benarlah wasiat Bapak Proklamator kita, Soekano: "Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Tapi perjuangan kalian akan lebih berat karena melawan saudara sendiri".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun