Hanya dari dana terparkir, tanpa berkeringat, Gubernur DKI Jakarta bisa memperoleh tambahan Rp 40 miliar yang bisa dipakai untuk kesejahteraan rakyatnya. Dengan pemasukan itu saja setiap tahun Pemprov Jakarta bisa dengan mudah menambah 2 blok rusun, atau 15 bus Scania untuk armada Transjakarta, atau 5 taman kota. Bahagia warganya, bukan?
Justru itulah yang tidak diinginkan Anies.
Melepas seluruh saham PT Delta Djakarta merupakan salah satu janji kampanye Anies bersama Sandiaga Uno. Alasan mereka ketika itu seolah-olah etis, yaitu konon, untuk menjaga anak-anak dari konsumsi minuman keras, seperti bir.
Padahal, menurut publikasi statistik setjen.pertanian.go.id tahun 2018, rata-rata konsumsi bir per kapita kita adalah 0,001 tanpa ada pertumbuhan. Dan, sudah jadi rahasia umum bahwa bir Indonesia lebih banyak dikonsumsi wisatawan asing dan diekspor.
Maka, tahun lalu Anies merevisi alasannya ingin melepas saham PT Delta Djakarta karena dividen yang didapat Pemprov DKI tidak terlalu menguntungkan (merdeka.com; 9/4/2019). Menurut Anies, Jakarta lebih membutuhkan investasi di air bersih.
Aneh. Jika memang pada akhirnya semua saham akan dijual, kenapa porsi 2,9% milik BPI PM itu tidak langsung dijual saja? Bukankah Rp 151 miliar lumayan cukup untuk membenahi infrastruktur air bersih yang selama ini tidak dilakukan vendor Aetra, perusahaan Sandiaga Uno?
Ah, apapun alasannya, 16 bulan sudah berlalu sejak Anies Baswedan bertahta sebagai Gubernur Jakarta. Janji itu tinggal janji. Sama seperti belasan janji lainnya yang mulai terlupakan.
Minuman keras (miras), apa pun namamu
Tak akan kureguk lagi
Dan tak akan kuminum lagi
Walau setetes (setetes) . . .Â