"Jujur, aku tidak menyesal. Sebab, meski gagal mendapatkan dirinya secara fisik. Tapi, aku mampu memiliki hatinya. Setidaknya, itu berdasarkan perasaanku selama ini yang meyakini perkawinannya sama sekali tidak bahagia. Apakah ini benci atau rindu, diriku pun tidak mengerti. Pastinya, antara kami masih terhubung yang namanya cinta", lanjut Kresna.
"Jadi... Selama ini kamu masih mencintainya? Tidak...".
"Terus? Bukannkah itu jawaban yang kamu inginkan? Rasa penasaranmu terjawab kan? Lalu apa lagi?".
Seketika Len pun berlari hingga tak menyadari telah melintasi jalan HOS. Cokroaminoto yang ramai dilewati kendaraan. Daaan, bunyi dentuman kencang terdengar keras di seberang jalan. Sementara, ketika aku hendak menghampiri, sosok yang delapan tahun lalu berjanji menemuiku seolah menghadang. Hingga, seketika langit menjadi gelap...
"Baru kusadari cintaku bertepuk sebelah tangan
Kau buat remuk seluruh hatiku
Semoga waktu akan mengilhami sisi batinmu yang beku
Semoga akan ada keajaiban hingga akhirnya kau pun mau..."
* * *
Epilog
Di taman ini delapan tahun lalu kami bertemu. Bedanya, saat itu hanya ada aku dan Amanda. Sekarang, ditambah kehadiran Len. Sayangnya, aku sendiri kurang peka dengan kondisi seperti itu. Asyik terbuai dengan balutan asmara yang membelenggu. Ya, di Taman Menteng, aku pertama kali bertemu, mengungkapkan kisah yang entah kapan berakhir.
"Cintaku tak harus
Miliki dirimu
Meski perih mengiris
Iris segala janji..."
* * *
Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community