Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Membaca Bambu Mengungkap Makna

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Sang Rajawali dari Hambalang

14 Januari 2019   16:20 Diperbarui: 14 Januari 2019   16:25 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dok. Alex Palit

Dari "Kisah Sang Rajawali dari Hambalang" ini kita diingatkan pula pada yang disebut oleh penyair asal Czechnya -- Milan Kundera sebagai perjuangan ingatan melawan lupa.

Karena inti dari perjuangan ingatan melawan lupa itu sendiri tak lain sebagai bentuk sikap kritis untuk membebaskan diri salah satunya yaitu membebaskan diri dari keterkungkungan kita pada ingatan yang dihidupkan dan diopinikan. Sehingga di sini pun kita pun dituntut lebih dapat bersikap kritis dan objektif dalam memahami maupun memaknai perjuangan ingatan melawan lupa akibat dari keterkungkungan tersebut.

Dari "Kisah Sang Rawajali dari Hambalang" ini pula diharapkan kita dapat memetiknya sebagai pelajaran sejarah, termasuk bagaimana menjadikan perjuangan ingatan melawan lupa ini sebagai pengalaman sejarah yang akan membebaskan kita dari  dari keterkungkungan ingatan yang dihidupkan dan diopinikan.

Dari pengalaman sejarah ini pula akan mengajarkan kepada kita sebuah cara untuk menentukan pilihan, mempertimbangkan, menilai, bahkan kalau perlu mempertanyakan ulang atas sebuah keraguan. Sehingga daripadanya akan mengantar kita kepada sikap kritis dalam memaknai cerita di balik peristiwa antara fakta, histori dan interpretasi yang dibangun.

Karena tidak jarang kisah sejarah itu sendiri dibangun diperuntukkan bagi kepentingan-kepentingan politik pragmatis jangka pendek yaitu hasrat kekuasaan.

"Kisah Sang Rajawali dari Hambalang" juga tak ubahnya cerita di dunia perwayangan Mahabarata, bagaimana ketokohan Gatotkaca sebelum memperoleh kedigdayaan terlebih dahulu harus menjalani penggemblengan dan ditempah di yang namanya "Kawah Candradimuka".

Aneka ujian, cobaan dan tantangan ini harus ia hadapi sebelum menjadikan dirinya sebagai kesatria yang digdaya, kuat, tahan banting dan menjadi superman 'otot kawat balung wesi', dan menjadikan dirinya sebagai superhero yang akan berjuang melawan bala Kurawa. 

Bagi "Sang Rajawali", bahwa dalam perjuangan hidup yang namanya tantangan dan kesulitan adalah hal biasa. "Jika kita mengaku sebagai patriot, maka kita tidak boleh gentar, tidak boleh berkecil hati. Tetap teguh, tetap kokoh," ujarnya.

Katakan, I am the mountain. Saya tidak akan goyah dari pendirian saya. Saya tidak akan goyah dari cinta saya kepada bangsa, keadilan dan kejujuran", ucap "Sang Rajawali' dengan lantang. 

Dan sekali lagi, siapa pun yang menyempatkan dengarkan lagu "Rajawali"-nya Kantata Takwa yang dinyanyikan secara lantang oleh Iwan Fals getaran Prabowo Subianto-nya terasa sekali, di antara maki pujian dan hinaan tidak merubah rajawali menjadi burung nuri, dan tidak pula merubah sang jagoan menjadi makhluk picisan.

Kini, di tahun 2019, "Sang Rajawali" kembali kepakan sayap terbang tinggi melayang mengarungi angkasa Indonesia Raya sambil pekikan "Victory and Peace". Semoga!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun