Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Membaca Bambu Mengungkap Makna

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Sang Rajawali dari Hambalang

14 Januari 2019   16:20 Diperbarui: 14 Januari 2019   16:25 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dok. Alex Palit

Satu sangkar dari besi / Rantai kasar pada hati / Tidak merubah rajawali / Menjadi burung nuri / Rajawali... rajawali / Rajawali... rajawali

Satu luka perasaan / Maki puji dan hinaan / Tidak merubah sang jagoan / Menjadi mahluk picisan / Rajawali... rajawali / Rajawali... rajawali

Meski menorehkan satu luka perasaan, caci maki dan hinaan yang diarahkan kepada dirinya dengan aneka tudingan dan stigmatisasi sebagai orang paling bertanggungjawab di peristiwa kasus penculikan aktivis pro demokrasi ultra kanan 1997/1998, penembakan mahasiswa Trisakti, dalang kerusuhan Mei 1998, dan tuduhan hendak melakukan kudeta Mei 1998, nyatanya tidak merubah sang jagoan menjadi mahluk picisan.

Ia tetap tegar sebagai seorang patriot menghadapi semua gelombang badai itu, dan tetap gagah perkasa sebagai "Sang Rajawali".

Meski menorehkan satu luka perasaan dicopot dari jabatannya sebagai Pangkostrad atas tudingan insubkoordinasi dan berlanjut dengan pemberhentiannya dari karir militernya, ia tetap tegar menerima dan menghadapi kenyataan ini.

Sebagai seorang patriot, ia tetap setia kepada janji memegang teguh kehormatan sumpah prajurit dengan menyimpan dan menjaga rapat-rapat untuk tidak membuka rahasia sebuah isi "Kotak Pandora".

Meski namanya hingga kini masih tersandera oleh ragam tudingan dan stigmatisasi atas kasus tersebut, "Sang Rajawali" tetap tegar menghadapinya dan tidak pula merengek minta dibela dikasihani.

Ia tetap yakin pada pepatah filosofi hidup 'becik ketitik, ala ketara' yang baik akan tampak dan yang jelek akan terungkap. Dan ia yakin, kalaupun 'becik ketitik, ala ketara' datangnya tidak hari ini, kebenaran itu pasti datang sekalipun akan dinyatakan oleh proses waktu.

Dan "Kisah Sang Rajawali dari Hambalang" bukanlah kisah burung nuri yang suka manggut-manggut sambil berteriak melengking asal nyaring untuk dipuji dan disanjung.

Dan "Kisah Sang Rajawali dari Hambalang" adalah burung gagah perkasa yang berteriak lantang memecahkan kesunyian di tengah kebisuan.

Dengan suaranya yang lantang menggetarkan, ia pecahkan kesunyian dan kebisuan untuk menggugah jiwa lara demi dan atas nama kebenaran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun