Menurutnya, autis akan terlihat pada penyandangnya ketika memasuki usia tiga tahun  dan akan terus berlanjut seumur hidup jika tidak diterapi.
Namun, Autis berbeda dengan disabilitas karena autis lebih kepada gangguan interaksi, komunikasi  sementara disabilitas hanya gangguan pada salah satu fungsi tubuh yang permanen, kata dia.
Ia menceritakan pada awalnya anak autis akan terlihat normal dan memasuki usia 18 bulan tiba-tiba terjadi penurunan kemampuan dan perkembangan yang telah dimiliki sebelumnya.
Misalnya sebelumnya anak sudah dapat berbicara, maka tiba-tiba akan hilang, tidak melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya dan sibuk main sendiri, kata dia.
Saat ini masih banyak sekolah  yang menolak penyandang autis kendati orang tua sudah memohon agar anaknya dapat diterima.
Oleh sebab itu sebelum penyandang autis dimasukan ke sekolah umum orang tua harus mempersiapkan mereka agar benar-benar siap beradaptasi dengan lingkungannya.
Anak autis yang diterapi sejak usia kurang dari tiga tahun secara intensif dan optimal setelah  akan semakin mudah untuk dapat sembuh  dan masuk sekolah reguler dengan didampingi seorang guru khusus, kata dia.
Para orang tua yang anaknya menyandang autis tidak dapat menunggu sekolah reguler siap menerima dan menangani anaknya, namun kita yang harus mempersiapkan agar anak autis dapat diterima disekolah umum, kata dia.
Ia menambahkan seorang penyandang autis dinyatakan sembuh bila telah dapat memenuhi dua syarat yaitu dapat berkomunikasi dengan baik di lingkungannya serta dapat mengikuti pendidikan formal disekolah reguler.
Terapi yang dilakukan sejak dini dan diet biomedik merupakan upaya yang dilakukan agar penyandang autis dapat sembuh dan hidup dengan mandiri.
Dikatakannya, berdasarkan pengalaman anak-anak penyandang autis yang diterapi sejak dini banyak yang telah sembuh dan dapat berprestasi dibidang pendidikan bahkan ada yang berhasil masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.