Kemudian, penyandang autis harus melakukan diet tidak mengkonsumsi terigu, coklat dan susu karena berdasarkan kajian terapi biomedik jenis makanan tersebut memperparah kondisinya.
Ia menjelaskan pada penyandang autis terjadi peningkatan daya serap  dimana  protein yang seharusnya tidak lolos pada  makanan yang mengandung coklat, terigu dan susu  masuk ke peredaran darah dan terbawa ke otak.
Setelah berada di otak zat yang terkandung pada makanan tersebut  dinilai oleh saraf memiliki rumus kimia seperti morfin  sehingga memperburuk kondisi penyandang autis dan dapat diibaratkan mereka tengah mengkonsumsi morfin.
Sedangkan makanan yang mengandung terigu akan memperparah kondisi pencernaan penyandang autis yang pada umumnya berjamur, kata dia.
Karena itu  pada penyandang autis dengan melakukan diet tidak mengkonsumsi gula, terigu dan coklat akan memperbaiki fungsi-fungsi abnormal pada otaknya sehingga saraf pusat bekerja lebih baik  dan berbagai gejala autis dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
Setelah itu jika diperlukan dapat dilakukan terapi lain sebagai penunjang berupa medikamentosa, okupasi dan fisik, wicara, bermain dan terapi khusus.
Kunci dari semua itu adalah terapi dini, intensif dan terpadu sehingga dimungkinkan penyandang autis akan sembuh, kata dia.
Ia mengatakan di Indonesia telah banyak penyandang autis yang dapat disembuhkan dengan terapi tersebut dan berhasil menyelesaikan studinya  hingga meraih gelar sarjana.
Jangan Diolok-olok
Ketua Panitia Penyelenggara Gebyar Hari Autis Sedunia 2014 Arneliza Anwar R Sutadi mengatakan jangan jadikan autis sebagai bahan olok-olok sehari-hari karena dapat disembuhkan.
"Hentikan mengolok-olok autis karena mereka juga manusia sama dengan yang lainnya ", kata dia.