Mohon tunggu...
Petrus Punusingon
Petrus Punusingon Mohon Tunggu... Guru - Praktisi dan Trainner

Trainner - Teacher - Influencer - Public Speaker - Marketer - Designer - Photographer - IT Consultan - Early Education Certified Trainner

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kesiapan Anak Bersekolah di Masa Transisi PAUD Ke SD

11 April 2024   19:29 Diperbarui: 11 April 2024   19:34 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagian Anak-Anak Kelas TK B Sevenbafs School disela-sela pembelajaran mereka (Kamis,25/01/2024). (Sumber Foto : Koleksi Sevenbafs School)

2. Anak Berhak Mendapatkan Pelayanan yang maksimal

Ketika berinteraksi dengan anak, pastikan kita siap secara fisik dan pikiran dalam berhadapan dengan anak. Anak membutuhkan orang tua dan guru yang sepenuhnya memperhatikan dan mendampingi mereka dalam beraktivitas. Secara naluri, anak akan merasa tidak nyaman bila orang dewasa yang berinteraksi dengan mereka tidak sepenuhnya memusatkan perhatian pada aktivitas yang sedang berlangsung. Akibatnya anak menjadi lebih bertingkah agar makin diperhatikan atau merasa tidak nyaman dan meninggalkan interaksi yang sedang dilakukan.

Cara yang dapat dilakukan orang dewasa untuk dapat melayani anak dengan baik adalah dengan tidak melakukan aktivitas lain selama berinteraksi dengan anak. Misalnya, letakkan dulu ponsel Anda ketika anak mengajak berbicara atau Anda sedang membantu anak melakukan aktivitasnya. Berhenti sejenak ketika mengerjakan aktivitas kita dan anak sedang membutuhkan bantuan juga merupakan usaha untuk dapat melayani kebutuhan anak.

3. Anak Memiliki Kesempatan untuk Merasakan Keberhasilan-Keberhasilan Kecil

Salah satu unsur dari percaya diri (self-confidence) adalah perasaan berhasil melakukan suatu aktivitas/pekerjaan. Apalagi pada anak yang sedang dalam tahapan menguasai banyak keterampilan dan berproses untuk mandiri. Bagi orang dewasa, mungkin yang dilakukan oleh anak adalah hal kecil dan sepele, namun sebaliknya bagi anak bisa jadi hal itu merupakan pencapaian besar yang pernah ia rasakan.

Membuka dan memakai cepatu misalnya. Berikan kesempatan anak untuk melakukannya sendiri dan berikan pujian dengan mengatakan, "Wah, kamu berhasil memakai cepatu sendiri!" sambil mengacungkan jempol atau menepuk lembut bahunya sebagai tanda bahwa ia berhasil.

4. Anak Didorong Untuk Mengembangkan Kelebihan-Kelebihannya

Fokus pada kemampuan yang sudah dikuasai oleh anak untuk menjadi pijakan dalam menguasai keterampilan-keterampilan lainnya. Kita sebagai orang dewasa tidak disarankan untuk menekankan pada ketidakmampuan atau kekurangan anak dalam melakukan suatu aktivitas. Sebaliknya, kita perlu memusatkan perhatian pada kelebihan yang dimiliki anak sehingga rasa percaya diri anak akan meningkat. 

Dengan landasan kepercayaan diri yang baik, anak akan lebih mudah untuk mencapai prestasi. Setelahnya, anak akan dengan sendirinya berusaha melatih kemampuannya agar ia mendapatkan perasaan berhasil yang ia anggap menyenangkan. Anak yang percaya diri dalam menggambar, akan semangat untuk berlatih menggambar. 

Hal ini memberikan manfaat yang besar karena anak akan terbiasa menuangkan imajinasinya dalam bentuk coretan dan tarikan garis. Selain itu, hal ini bermanfaat dalam memperkuat jari-jari tangan anak dan melatih gerakan motorik halusnya. Aktivitas ini tentu akan membantu ketika nantinya anak menarik garis untuk membuat huruf dan angka.

5. Ajak Anak Menerima Kekurangan-Kekurangannya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun