Beribu-ribu kilometer telah terlampau
Menoleh ke belakang hanya ada keping-keping kehancuran
Mungkinkah yang hancur itu akan utuh kembali?
Di depan sana tak seorang pun tahu
Retak meninggalkan bekas
Hancur tak akan kembali utuh
Hidup dalam bayang-bayang gelap masa silam
Sakit dan sesak menemani setiap jejak langkah
Berjuang bangkit
Merangkai kembali keping-keping yang berserakan
Tak persis sama seperti sediakala
Jejak luka terpatri dalam sukma
Sudah rusak
Sudah hancur
Haruskah tetap terkapar dalam kehancuran?
Bagaimana memperbaiki yang sudah rusak itu?
Menatap kembali jejak luka
Masa gelap gulita seketika hadir
Menyuguhkan kembali aroma lumpur berbalut nikmat sesaat
Tubuh tak sanggup bangkit meneruskan perjalanan ini
Jejak luka tak akan pernah hilang
Ingatan tak akan pernah pudar
Menyatu dalam jiwa dan raga
Mengalir dalam darah
Menghindar tak mungkin
Melupakan tak bisa
Hidup berdampingan dengan luka-luka itu
Menerima luka-luka itu dengan tulus ikhlas
Mendekap luka-luka itu
Mengobati dari dalam relung jiwa
Menerima malam gelap masa silam
Menerangi diri hari ini dan ke depan
Membersihkan rumput amarah dan dendam
Menabur benih pengampunan
Merawat kasih tak bertepi
Menuai buah pengharapan yang mengobati luka-luka jiwa
Hancur tak selamanya rusak
Bangkit membenahinya
Bercahaya gemilang menerangi muka bumi
Memeluk banyak jiwa kembali ke jalan terang
[Abepura, 14 September 2022; 16.37 WIT; terinspirasi oleh ungkapan penyesalan seorang kawan, yang berujar: "sudah rusak!"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H