Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sudah Rusak

16 September 2022   11:20 Diperbarui: 16 September 2022   11:25 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beribu-ribu kilometer telah terlampau

Menoleh ke belakang hanya ada keping-keping kehancuran

Mungkinkah yang hancur itu akan utuh kembali?

Di depan sana tak seorang pun tahu

Retak meninggalkan bekas

Hancur tak akan kembali utuh

Hidup dalam bayang-bayang gelap masa silam

Sakit dan sesak menemani setiap jejak langkah

Berjuang bangkit

Merangkai kembali keping-keping yang berserakan

Tak persis sama seperti sediakala

Jejak luka terpatri dalam sukma

Sudah rusak

Sudah hancur

Haruskah tetap terkapar dalam kehancuran?

Bagaimana memperbaiki yang sudah rusak itu?

Menatap kembali jejak luka

Masa gelap gulita seketika hadir

Menyuguhkan kembali aroma lumpur berbalut nikmat sesaat

Tubuh tak sanggup bangkit meneruskan perjalanan ini

Jejak luka tak akan pernah hilang

Ingatan tak akan pernah pudar

Menyatu dalam jiwa dan raga

Mengalir dalam darah

Menghindar tak mungkin

Melupakan tak bisa

Hidup berdampingan dengan luka-luka itu

Menerima luka-luka itu dengan tulus ikhlas

Mendekap luka-luka itu

Mengobati dari dalam relung jiwa

Menerima malam gelap masa silam

Menerangi diri hari ini dan ke depan

Membersihkan rumput amarah dan dendam

Menabur benih pengampunan

Merawat kasih tak bertepi

Menuai buah pengharapan yang mengobati luka-luka jiwa

Hancur tak selamanya rusak

Bangkit membenahinya

Bercahaya gemilang menerangi muka bumi

Memeluk banyak jiwa kembali ke jalan terang

[Abepura, 14 September 2022; 16.37 WIT; terinspirasi oleh ungkapan penyesalan seorang kawan, yang berujar: "sudah rusak!"]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun