Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Tepi Makam

23 Juli 2021   08:11 Diperbarui: 23 Juli 2021   08:18 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selanjutnya adalah kesunyian

Rumah yang ramai akan menjadi sunyi dan sepi

Di tepi makam,

Suara tangis silih berganti bersama sejuta kata ratapan

Rencana-rencana belum terwujud

Janji-janji belum ditepati

Tubuh sudah terbaring kaku pada liang lahat!

Mengapa pergi secepat ini?

Mengapa pergi dengan cara ini?

Bagaimana hidup kami selanjutnya?

Siapa akan menopang kami?

 

Tak ada jawaban dari liang lahat

'Jalan pulang' menyisakan tapak-tapak rindu pada sukma

Tatkala subuh menjemput, jiwa bertanya, 'bagaimana menyalakan api di tungku?'

Tatkala senja tiba, jiwa bertanya, 'siapa akan menemani saat melintasi malam gelap?'

Sukma membeku dalam sunyi

Tak ada jawaban menghibur

Selanjutnya adalah sendiri

Melintasi jalan sepi dan lengang

Menerjang badai dan gelobang samudra yang datang silih berganti

Berjuang menerima takdir hidup

Bangkit memulai hari-hari tanpa belahan jiwa

Menjadi sendiri seperti sediakala

Berjuang menjadi pribadi tangguh menghadapi kenyataan hidup

Menghibur jiwa dengan untaian doa dan pengharapan akan datangnya hari-hari baik

Selanjutnya adalah hari-hari baik

Dukacita berganti sukacita

Api di tungku kembali menyala

Malam gelap telah bercahaya terang

Jalan yang sepi lengang telah menjadi ramai

Rumah tak lagi sepi dan sunyi

Kaki yang lemah telah menjadi kuat

Lengan yang rapuh telah menjadi perkasa

Siapa dapat mengubah dukacita di tepi makam menjadi sukacita di dalam rumah yang telah kehilangan orang terbaik itu?

Diri sendiri bangkit,

Bersyukur dan meyakini kebangkitan badan dan kehidupan kekal

Perjumpaan  di keabadian adalah sebuah kepastian!

Sebab, hidup itu kekal abadi.

Nabire, 23 Juli 2021, 07.41 WIT

[doa penuh cinta untuk kita yang berdukacita karena kehilangan orang-orang hebat yang kita cintai.]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun