Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

HIV dan AIDS Masuk Kampung, Provinsi Papua Tembus 41.616 Kasus

23 Agustus 2019   14:08 Diperbarui: 23 Agustus 2019   14:12 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesatuan holistik (menyeluruh) tersebut, seyogianya menjadi landasan (fondasi) untuk membentangi diri dari ancaman kepunahan akibat HIV-AIDS yang saat ini sedang mewabah di tanah Papua. Tetapi, realitas saat ini menunjukkan bahwa tawaran dunia modern, terutama alat komunikasi dan transportasi yang semakin terbuka mengantar orang asli Papua berada di ambang kematian massal akibat HIV-AIDS.

Sejauh mana tokoh adat melihat HIV-AIDS sebagai ancaman serius bagi masa depan orang asli Papua? Apakah orang adat menyadari bahwa HIV-AIDS sebagai penyakit yang mengancam keberlangsungan masa depan orang asli Papua? Bagaimana peran orang adat dalam usaha pencegahan HIV-AIDS di Papua?

Sampai saat ini, tokoh-tokoh adat (di) Papua belum melihat HIV-AIDS sebagai ancaman serius bagi orang Papua. Kematian demi kematian yang dialami orang asli Papua akibat HIV-AIDS belum mendapatkan perhatian serius dari tokoh-tokoh adat. Padahal, HIV-AIDS telah menyerang, mematikan dan akan terus bergerilya mencari mangsa orang asli Papua.

Kesadaran kolektif para tokoh adat (di) Papua untuk melindungi suku, marga (fam) dan rumpun Melanesia dari kematian HIV-AIDS masih sangat minim. Seringkali ada diskusi, dialog dan imbauan terkait melindungi orang asli Papua dari kematian akibat HIV-AIDS, tetapi penerapannya di tengah kehidupan orang Papua sangat minim sehingga orang asli Papua masih berguguran akibat penyakit mematikan ini.

Apa pun alasannya, tokoh-tokoh adat harus terlibat langsung dalam usaha pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS di Papua. Setiap suku, marga (fam) harus melindungi diri mereka dari kematian akibat HIV-AIDS. Cara paling efektif yaitu kampanye dan seruan untuk menghentikan praktek seks bebas. Orang asli Papua harus membangun kesadaran kolektif untuk saling setia pada pasangan suami istri. Perilaku seks bebas harus ditinggalkan demi kelangsungan masa depan orang asli Papua di tanah ini.

Peran Pimpinan Gereja

Apakah pimpinan Gereja, Uskup, Pastor dan Pendeta menyadari bahwa orang asli Papua yang mati karena HIV-AIDS merupakan jemaatnya? Apa yang harus dilakukan oleh Gereja-Gereja (di) Papua terhadap HIV-AIDS yang semakin menggerogoti wajah Gereja saat ini? Sejauh mana pastoral keluarga menjadi benteng melindungi keluarga-keluarga orang asli Papua dari kematian akibat HIV-AIDS?

Selama ini, Gereja tidak memberikan perhatian serius terhadap berbagai usaha pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS di tanah Papua. Pimpinan Gereja masih melihat HIV-AIDS bukan merupakan ancaman bagi kepunahan orang asli Papua. Karena itu, pimpinan Gereja-Gereja (di) Papua tidak mengarahkan pandangannya pada permasalahan HIV-AIDS.

Kita mengakui ada lembaga Gereja yang terlibat dalam usaha pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS (di) Papua seperti Sinode GKI mendirikan klinik Walihole di Yoka atau Gereja Katolik Keuskupan Agung Merauke dengan Yayasan Santo Antonius (Yasanto) di Merauke. Selain itu, ada pula karya ordo (tarekat), misalnya rumah Hospis Surya Kasih di Waena yang dikelola oleh Bruder Agus Adil OFM.

Meskipun demikian, pimpinan Gereja-Gereja (di) Papua tidak memikirkan upaya pencegahan HIV-AIDS secara komprehensif dan berkelanjutan. Kita jarang menjumpai pimpinan Gereja, baik Uskup, Pastor maupun Pendeta, yang secara terus-menerus menyuarakan pentingnya pencegahan HIV-AIDS di tengah kehidupan keluarga-keluarga jemaat. Kita jarang menemukan Uskup, Pastor dadn Pendeta, yang pada setiap khotbah di mimbar atau pada setiap kali pertemuan meluangkan waktu untuk berbicara tentang HIV-AIDS. Ketidakpedulian pimpinan Gereja turut menyumbang semakin mewabahnya HIV-AIDS di tanah Papua.

Saat ini HIV-AIDS semakin mewabah di Papua, apa yang perlu dilakukan oleh pimpinan Gereja (di) Papua? Pimpinan Sinode dan Uskup-Uskup se-tanah Papua harus memiliki persepsi yang sama tentang HIV-AIDS dan ancamannya terhadap masa depan Gereja (di) Papua. Selain itu, Pimpinan Sinode dan Uskup-Uskup di Papua harus menginstruksikan kepada para Pendeta dan Pastor untuk pada setiap  ibadah harus bicara tentang melindungi diri dan keluarga dari ancacman HIV-AIDS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun