Siapa lagi yang bisa diharapkan kalau orang-orang  Papua yang menjadi pejabat di tanah Papua tidak peduli pada sesamanya orang Papua? Orang Papua sendiri harus bangkit dan memimpin dirinya. Hanya orang Papua yang bisa membawa generasi Papua ke masa depan yang lebih baik.Â
Semua itu, bermula dari sekolah dasar di kampung-kampung terpencil. Sebab, orang Papua tinggal di kampung-kampung terpencil. Karena itu, setiap pribadi orang asli Papua, yang menjadi pemimpin, terutama kepala sekolah dan guru harus benar-benar mempersiapkan anak-anak Papua untuk menjadi pemimpin di masa depan.
Kisah anak-anak di kampung Beco yang tidak bisa bersekolah karena guru jarang tinggal di kampung merupakan kisah kelam dalam sejarah Papua dewasa ini.Â
Ketika daerah lain berlomba-lomba membangun sumber daya manusia, justru di Papua sekolah tutup. Padahal, hanya melalui sekolah orang bisa meraih sukses di masa depan.
Menyaksikan buruknya layanan pendidikan dasar di kampung-kampung terpencil di Papua saat ini, saya yakin bahwa ke depan, orang asli Papua akan semakin tersingkir di atas tanahnya. Orang Papua hanya akan menjadi penonton lantaran minim keterampilan untuk bersaing dengan orang dari luar.
Sekolah dasar, terutama di pedalaman Papua, termasuk di Asmat, sebagai wadah mempersiapkan orang asli Papua untuk memimpin negerinya lebih sering tutup.Â
Anak-anak Papua tidak bisa bersekolah. Mereka menjadi buta huruf bukan karena kemauan mereka, tetapi karena tidak adanya kepedulian dari para pihak yang mendapat mandat untuk mencerdaskan mereka.
Secara khusus, untuk menyelamatkan anak-anak Asmat di kampung Beco, Dinas Pendidikan kabupaten Asmat harus segera mengirim kepala sekolah baru untuk membuka sekolah secara rutin.Â
Dinas Pendidikan juga perlu mengirim guru-guru yang rajin mendidik, bukan guru malas yang hanya menerima gaji tanpa mengajar anak-anak. Apabila Dinas Pendidikan tidak segera mengganti kepala sekolah, maka masa depan orang Beco akan suram karena generasi mudanya buta huruf.
Orang Beco, juga di kampung-kampung lainnya di Papua merindukan guru-guru yang memiliki hati untuk melayani anak-anak mereka. Orang tua manakah yang tidak bangga kalau anak-anaknya bisa bersekolah dan menjadi pemimpin-pemimpin berintegritas di masa depan?Â
Semua orang tua merindukan anak-anak mereka bisa sekolah supaya kelak menjadi pemimpin bagi sesamanya orang Papua. Tetapi, kerinduan itu tak pernah terwujud karena anak-anak mereka tidak bisa bersekolah lantaran guru tidak betah tinggal di kampung.