"Sudah dua tahun lebih ini sekolah sering tutup sehingga kami punya anak-anak tidak bisa belajar dengan baik. Kepala sekolah jarang sekali datang ke Beco. Guru-guru lain juga tidak tinggal di Beco. Mereka datang satu dua minggu, kemudian pergi lagi berbulan-bulan sehingga anak-anak tidak bisa belajar," tutur kepala kampung Beco, Paulus Jemi, pada Rabu, (15-05-2019).
Kampung Beco terletak di tepi sungai Sorep. Perjalanan dari pusat Distrik Akat, Ayam ke Beco memerlukan waktu satu jam menggunakan mesin 40 PK. Warga kampung Beco terdiri atas orang asli Asmat dan pendatang dari Sulawesi yang berprofesi sebagai pedagang kios dan tengkulak gaharu.
Cuaca cerah saat kami tiba di kampung Beco pada pukul 15.00 WIT. Kepala kampung, Paulus Jemi menyambut kami di depan SD Inpres Beco. Bersama Paulus dan beberapa warga yang datang, kami duduk di halaman salah satu rumah guru. Kami berbagi kisah tentang kondisi kampung Beco, termasuk SD Inpres Beco.
"Dulu waktu kepala sekolah, Pak guru Lastri sekolah ini buka setiap hari. Kami punya anak-anak bisa belajar dengan baik. Tetapi, sejak pergantian kepala sekolah pada tahun 2015, sekolah ini lebih banyak tutup. Kepala sekolah, pak guru Edo Yemu tinggal di Ayam. Dia jarang datang ke Beco," tutur Paulus.
SD Inpres Beco memiliki empat orang guru. Dari keempat guru tersebut, dua orang berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) yaitu kepala sekolah, Edoardus Yemu dan guru Izak Sama. Dua orang guru lainnya berstatus sebagai guru kontrak Dinas Pendidikan Kabupaten Asmat, yaitu Reza Rakan dan Yohanes Lartutul.
"Saya baru tiba kemarin. Kepala sekolah suruh saya datang buka sekolah. Saya dan anak-anak mulai babat rumput. Kami juga sudah bersihkan WC. Saya akan bukan sekolah ini untuk kasih ujian anak-anak," tutur Yohanes Lartutul.
Fasilitas pendukung lainnya seperti Perpustakaan tidak ada. Buku-buku bacaan tersusun rapi di dalam karton yang terletak di ruang guru. Demikian halnya, tidak ada lapangan upacara bendera. Jalan masuk ke sekolah pun tidak dibangun.
Rumah guru ada dua unit. Satu unit ditempati Yohanes. Satu rumah lainnya kosong. Kondisi rumah guru pun memprihatinkan. Rumah guru dibangun tanpa dilengkapi fasilitas seperti solar sel dan penampung air hujan yang memadai.
Apa pun alasannya, ketidakhadiran guru di Beco sangat merugikan anak-anak. Mereka tidak bisa belajar. Mereka bertumbuh menjadi anak-anak yang tidak bisa membaca, menulis dan berhitung.