"Kalau kita tidak urus anak-anak Asmat, sejak SD, SMP sampai SMA, kita tidak akan dapat hasil apa-apa. Makanya, saya  dan Mama perhatikan anak-anak ini. Kami bawa mereka tinggal di Agats dan sekolah. Makan dan minum kami urus. Biasanya mereka punya kaka-kaka yang sudah kerja bantu urus makanan untuk anak-anak itu," kisahnya.
Guru Yutinus juga ada rumah di Atsj. Ia menampung anak-anak dari kampung-kampung seperti dari Fos dan Kaimo. "Saya tampung anak-anak tinggal di rumah di Atsj dan sekolah. Kalau saya ke Atsj saya bawa beras dan sagu untuk anak-anak," tuturnya.
Saat ini, di rumahnya di Bine, ia menampung sepuluh anak muridnya yang kelas 6 SD. Ia mendampingi mereka mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian nasional pada 23 April 2019 di SD Inpres Atsj.
"Saya 'karantina' anak-anak kelas 6 di rumah sini supaya mereka belajar dan siap ikut ujian. Kalau saya tidak tampung mereka di sini, nanti mereka ikut orangtuanya ke hutan untuk cari gaharu," tuturnya.
Guru Yustinus, bersama dengan operator sekolah, kepala kampung, dan ketua Bamuskam telah mengikuti pelatihan Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada 14-16 Mei 2018 dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada 18-22 Mei 2018 di SD Inpres Atsj dengan menghadirkan narasumber John Rahail, Tuning, Sutiyono, Suharto dan Veronika Indiastuti.
 Tetapi, setelah pelatihan tersebut, tidak ada perbaikan tata kelola lantaran guru tidak aktif mengajar. Selain itu, guru Yustinus lebih fokus mengajar anak-anak bersama istrinya, Mama Fransina. Dokumen sekolah seperti dokumen kurikulum, RPP, Silabus, SOP, profil sekolah, dan lain-lain tidak ada.
Catatan Kritis
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di kampung Bine memprihatinkan. Kondisi fisik sekolah yang dibangun pada tahun 1980-an sudah reyot. Tahun 2018, Dinas Pendidikan Kabupaten Asmat telah membangun dua ruang kelas. Apabila angin, maka semua siswa akan digabung di ke dua ruang kelas tersebut.
SD Inpres Bine juga tidak memiliki WC, tempat sampah, Perpustakaan, ruang guru, ruang kepala sekolah. Padahal, sejak dini, anak-anak diajarkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Tetapi, bagaimana guru bisa mengajarkan PHBS, sedangkan WC saja tidak ada? Tidak ada tempat sampah. PHBS macam apa yang akan disampaikan guru kepada anak-anak?
Selain itu, pemerintah kabupaten Asmat, melalui Dinas Pendidikan mengirim guru ke kampung tanpa menyiapkan rumah guru. Kalaupun ada rumah guru, sangat terbatas sehingga tidak bisa menampung semua guru.Â