"Saya 'karantina' anak-anak kelas 6 di saya punya rumah. Mereka ada sepuluh orang tinggal dengan saya supaya bisa persiapan ikut ujian nasional. Kalau saya tidak 'karantina' mereka, nanti mereka ikut orangtua pergi cari gaharu di hutan sehingga tidak ikut ujian nasional," tutur kepala SD Inpres Bine, Yustinus Kaize, Selasa, (09-04-2019).
Cuaca cerah. Pada siang hari, Selasa, (09-04-2019), pukul 12.11 WIT, kami tiba di kampung Bine. Sebelumnya, kami mengunjungi kampung Sogoni.Â
Pada saat kami tiba, suasana di kampung Bine tampak ramai. Warga masyarakat yang biasa tinggal di dusun untuk mencari gaharu ramai-ramai kembali ke Bine untuk mengikuti pemilihan umum yang akan berlangsung pada 17 April 2019. Ada beberapa pos partai dibangun lengkap dengan atribut partai.
"Anak, Bapa baru pergi pasang jaring," tutur istri kepala SD Inpres Bine, Mama Frederika Ganadi. Mama Ganadi salah satu guru di SD Inpres Bine, tetapi sudah pensiun. Kini, ia menanam gaharu. Selain itu, ia tetap mengabdikan diri untuk mengajar anak-anak di Bine.Â
Beberapa saat kemudian, guru Yustinus Kaize datang ke sekolah. Kami berbagi pengalaman tentang kondisi SD Inpres Bine. Kondisi bangunan SD Inpres Bine sangat memprihatinkan.
"Ini bangunan (gedung tua). Selama ini, kami tetap pakai, tetapi kalau angin, kami ke luar karena takut roboh," tutur guru Yustinus.
Saat ini, Dinas Pendidikan Kabupaten Asmat telah membangun dua ruang kelas baru. Ruang kelas inilah yang dipakai untuk proses belajar mengajar. "Kalau angin kencang, kami biasa pindah ke ruang kelas baru. Kami gabung anak-anak semua di ruang kelas yang baru itu," tutur guru Yustinus sambil menunjuk ke dua ruang kelas yang baru dibangun itu.
Ia berharap pemerintah daerah kabupaten Asmat segera membangun baru atau melakukan rehab atas gedung tua yang sudah mulai reyot ini. "Saya harap tahun depan pemerintah bisa bangun baru atau rebah ini gedung, tuturnya penuh harap.
Guru Yustinus berencana akan bikin sekat ruang kelas. "Saya sekat ruang kelas baru ini. Jadi, satu ruang bisa dapat dua kelas," tambahnya.
SD Inpres Bine tidak memiliki WC, Perpustakaan, ruang kepala sekolah. Hanya ada ruang guru di gedung tua yang hampir roboh itu. Demikian halnya, buku-buku guru dan siswa sangat terbatas.