Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Uskup Agats Tahbiskan Moses Amiset, Imam Katolik Pertama Suku Asmat

2 Februari 2019   14:28 Diperbarui: 3 Februari 2019   19:49 2470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kita perlu mendukung imam baru kita. Jangan menambah beban. Kita harus membantunya. Menjadi imam merupakan sebuah perjuangan. Jangan menambah beratnya perjuangan Pastor baru kita. Kalau bisa kita ringankan bebannya. Kita harus meneguhkan perjalanan hidup imam baru kita," tutur Uskup Keuskupan Agats, Mgr. Aloysius Murwito OFM dalam khotbahnya pada perayaan tahbisan Imam dan Diakon di Gereja Katedral Salib Suci Agats, Sabtu, (2/2).

Dini hari hujan lebat membasahi tanah lumpur Asmat. Guntur sabung-menyambung. Sesekali angin kencang menerpa hamparan pohon mangrove. Sunyi mencekam di Agats.

Tatkala pagi tiba, cuaca perlahan cerah. Alam dan leluhur Asmat turut bergembira bersama ribuan umat Katolik yang berasal dari berbagai stasi (kampung) di Asmat yang berkumpul di lapangan Yos Sudarso Agats. Mereka menggunakan busana adat Asmat.

Pekik suara sahut-menyahut diikuti gerak tubuh. Mereka menari. Suasana gembira menyelimuti setiap wajah yang hadir di lapangan Yos Sudarso.

Di tengah kerumunan umat yang bergembira, tampak sosok Diakon Moses Amiset. Dia adalah putra terbaik Asmat yang akan ditahbiskan menjadi imam dalam Gereja Katolik Keuskupan Agats. Moses berdiri di antara para penari yang akan mengaraknya menuju Gereja Katedral Keuskupan Agats. Sesekali, ia melempar senyum kepada setiap orang yang memandang dirinya.

Di tengah lapangan tersebut, tampak pula tiga orang calon Diakon yang akan ditahbiskan menjadi Diakon. Mereka adalah Fr. Innocentius Nurmalay, Fr. Cornelis Laritembun, Fr. Laurensius Kupea. Mereka didampingi oleh keluarga dan kelompok penari yang berasal dari Tanimbar. Ketiganya, tampak bahagia menyambut tahbisan Diakon.

Pukul 07.45 WIT, kelompok penari dari Asmat, yang dipimpin oleh tua adat, Niko Ndepi, diikuti arak-arakan calon Imam, Diakon Moses Amiset dan para calon Diakon berarak ke Gereja Katedral. Dari lapangan Yos Sudarso, arak-arakan melintasi Jalan Yos Sudaro dan Jalan Kartini. Kemudian, masuk ke halaman Gereja Katedral Salib Suci Agats.

Di depan Gereja Katedral, Uskup Keuskupan Agats, Mgr. Aloysius Murwito OFM telah menunggu. Ia ditemani tua adat dari Syuru, Soter Syuru yang memegang bambu berisi kapur putih yang akan ditaburkan sebagai tanda penerimaan calon Imam, Diakon Moses Amiset dalam Gereja Katolik.

Pukul 08.15 WIT, rombongan arak-arakan tiba di depan Gereja Katedral. Nikolaus Ndepa, tua adat Asmat yang memimpin rombongan yang berarak dari lapangan Yos Sudarso berdiri berhadapan dengan Uskup Alo. Ia berbicara dalam bahasa Asmat. Ia menyerahkan Moses Amiset kepada Bunda Gereja melalui hamba-Nya, Mgr. Aloysius Murwito OFM.

Di hadapan Uskup Alo, tua-tua adat rumpun Simai, tempat asal Diakon Moses Amiset berdiri berjejer. Mereka meletakkan sebilah papan. Di atas papan itu, mereka menaburkan kapur dan menancapkan empat buah anak panah.

Sesaat kemudian, Diakon Moses Amiset berjalan di atas papan itu sambil menginjak setiap anak panah hingga patah. Akhirnya, ia tiba di hadapan Uskup Alo, yang akan menahbiskannya.

Pukul 08.38 WIT Misa pentahbisan dimulai. Uskup Keuskupan Agats, Mgr. Aloysius Murwito OFM bersama para imam berarak menuju altar. Tarian Asmat mengantar Uskup, para imam dan calon Diakon serta calon Imam, Diakon Moses Amiset ke altar Tuhan.

Umat berdiri dan menyaksikan peristiwa bersejarah ini. Setiap mata memandang Moses Amiset. Sebagian Mama-Mama meneteskan air mata. Ada rasa bahagia dan haru mewarnai proses tahbisan suci ini.

Tidak lama kemudian, dari mimbar yang terletak di sebelah kiri panti imam, Uskup Alo mengajak seluruh umat untuk bersyukur atas peristiwa berahmat ini. "Hari ini, kita merayakan empat puluh hari setelah Yesus lahir.

Dalam hukum Taurat, dalam usia empat puluh hari, seorang anak dipersembahkan kepada Allah. Maria dan Yosep membawa Yesus untuk dipersembahkan kepada Allah. Maka, pada hari ini kita merayakan Tuhan Yesus yang dipersembahkan kepada Allah," tutur Uskup Alo.

Ia menambahkan, "Pada hari yang bahagia ini kita mengantar Diakon Moses Amiset, melalui keluarganya mau mempersembahkannya kepada Allah. Kita semua, kerabat dan keluarga ikut mendukungnya. Kita juga mendukung ketiga calon Diakon, Ino, Anis dan Lorens, yang pada waktunya juga akan ditahbiskan menjadi imam," tegas Uskup kaum papa ini. 

Lantunan lagu Asmat yang dibawakan oleh kelompok tua-tua adat dari Simai membahana memenuhi ruangan Katedral mengawali pembacaan Firman Tuhan. Segenap umat yang hadir mendengarkan Firman yang dibacakan dengan suara lantang dari mimbar.

Sesudahnya, ketiga calon Diakon dan calon Imam, Diakon Moses Amiset dipanggil. Mereka menghadap Uskup. Di hadapan Uskup, para imam dan segenap umat yang hadir memenuhi Gereja Katedral Agats, keempatnya menyatakan kesetiaan mereka kepada Bunda Gereja, melalui hamba-Nya, Mgr. Aloysius Murwito OFM. Ia menerima kesediaan keempat pelayan umat Allah ini dengan gembira.

Dalam khotbahnya, Uskup Alo menguraikan kembali moto tahbisan Diakon Moses Amiset. "Frater Moses mengambil tema: Jangan Takut Aku Menyertaimu. Ini dipilih Frater Moses sebagai visi perjalanannya ke depan. Dengan Sabda Tuhan, diharapkan dia terus bersuara dan tidak takut karena Allah menyertai dia."

Uskup mengatakan bahwa moto tersebut memiliki dua aspek, yaitu "jangan takut" dan "penyertaan Allah".

"Siapa yang tidak takut menjalan panggilan hidup sebagai seorang imam? Panggilan ini tidak gampang untuk dihayati dengan setia. Karena cara hidup imam itu khusus dibandingkan dengan cara hidup kebanyakan orang yaitu tidak menikah, tidak melekat pada materi, taat kepada Uskup dan Gereja serta keputusan otoritas Gereja. Artinya, harus ada kerelaan untuk melepaskan kebebasan diri sendiri dan tidak menjadi orang yang semaunya saja," tegas Uskup Alo.

Ia menjelaskan bahwa seorang imam tidak menikah supaya fokus mengabdi kepada Allah. Sedangkan tidak melekat kepada materi supaya bebas melayani umat Allah.

Hal lain yang tidak kalah penting menurut Uskup Alo adalah Allah ikut terlibat dalam seluruh panggilan dan pelayanan kita. "Kalau kita mau mendengarkan Sabda Tuhan, apa yang Tuhan bentangkan di hadapan kita, maka kita diminta untuk berdiam diri.

Tetapi kenyataannya, kita tidak ada kegiatan hanya omong saja. Ini pesan pokok untuk calon Diakon dan Pastor kita yang baru. Ambil waktu untuk berdiam diri dan mendengarkan Sabda Tuhan supaya Sabda Tuhan yang kaya itu bisa dipetik," tegas Uskup Alo.

Ia menambahkan, "Pada waktu kamu mandi-mandi di pinggir kali, Tuhan Allah yang mendorong kamu. Pada waktu kamu keluar dari Pau atau Katew ke Agats untuk masuk SMP, Tuhan Allah juga yang menggerakkan kamu. Semua ini bisa dialami kalau kamu berdiam diri dan merenungkan bahwa Allah ikut berprakarsa dalam seluruh perjalananmu sampai kamu bersedia menjadi imam seperti sekarang ini," tutur Uskup.

"Perjumpaan dengan Tuhan Allah harus diperbarui terus-menerus setiap hari. Perjumpaan dengan Allah menjadi sebuah kunci penting untuk Imam, Diakon dan setiap orang yang mau melayani Tuhan Allah dan sesama secara utuh," tegas Mgr. Aloysius Murwito OFM.

"Inilah putra Asmat pertama yang menjadi imam. Kita semua bergembira dan bersyukur karena kerinduan kita terpenuhi. Kita merindukan seorang putra Asmat menjadi imam. Kerinduan kita harus diangkat menjadi kerinduan yang luhur karena seorang anak Asmat terpilih menjadi cahaya bagi dunia Asmat. Hidupnya menjadi tanda kemuliaan Allah di Surga. Ia menjadi cahaya dan terang bagi dunia," tambahnya.

Di akhir khotbahnya, Uskup Alo minta kepada seluruh umat yang hadir untuk mendukung Pastor Moses Amiset, Pr dan para Diakon. "Kita perlu mendukungnya, bukan sebaliknya mengganggunya. Jangan menambah beban. Kita semua memiliki imam baru, harus kita bantu dia. Ini merupakan sebuah perjuangan. Jangan menambah beratnya perjuangan Pastor baru kita. Kalau bisa kita ringankan bebannya. Apa yang kita bisa bantu? Kita harus meneguhkan perjalanan hidup imam baru kita," pinta Uskup Alo.

**

Sementara itu, Ketua Panitia Pentahbisan, Emerikus Sarkol pada akhir perayaan mengungkapkan bahwa sejarah Gereja Katolik di tanah Asmat dimulai sejak tanggal 3 Februari 1953 saat Pastor Zegward MSC membaptis salah satu perempuan dari Suwruw. Selanjutnya, pada tahun 1958, misionaris MSC menyerahkan daerah misi Asmat kepada misionaris OSC.

Imam pertama yang ditahbiskan di Katedral Agats, adalah Pastor Aloysius Setitit OSC pada tanggal 9 April 1983. "Dia memakai ritus bambu sehingga saya ambil bambu di OSC dan pakai untuk Projo. Jadi, Misa kita ini pakai ritus Gereja dan Adat. Untuk Adat, pakai ritus bambu. Imam menjadi mempelai Allah yang berpedoman pada Injil" tutur Erik Sarkol. 

Ia menambahkan bahwa pada tahun 2003, Gereja Katolik merayakan 50 tahun Gereja Katolik di Asmat. Selang 16 tahun kemudian, 2019, lahirlah imam Asmat pertama, Pastor Moses Amiset, Pr. "Kita lihat bahwa sudah 66 tahun Gereja Katolik masuk di Asmat. Maka, besok perayaan syukur di Mbait, kita merayakan 66 tahun Gereja Katolik masuk di Asmat, yang akan dipimpin oleh imam putra asli Asmat. Ini adalah karya Roh Kudus," tegasnya.

***

Pastor Moses Amiset, Pr lahir di Pau, Distrik Akat, Asmat, pada tanggal 5 Maret 1982. Pada saat lahir, orang tuanya menyematkan Curuces, yang memiliki arti, "jago perang, berjalan sendirian dan pulang membawa kepala manusia."

Bapa kandungnya adalah Rafael Jeunam. Mama kandung adalah Yohana Sanam. Keduanya dari Pau. Keduanya sudah meninggal dunia. Setelah dilahirkan, Pastor Moses diangkat oleh orang tua asuh yaitu Bapak Yakobus Darokos dan Mama Natalia Anem. Keduanya sudah meninggal dunia.

Saat Pastor Moses memiliki orang tua asuh ketiga yaitu yaitu Bapak Yakobus Apateu dan Mama Sisilia Akam. Keduanya masih hidup. Keduanya yang mendampingi Pastor Moses pada saat pentahbisan Diakon di Atjs pada tanggal 28 September 2017.

Pastor Moses menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Inpres Pau selama enam tahun, yaitu 1992-1998. Kemudian, meneruskan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP YPPK St. Yohanes Pembaptis Agats, tahun 1998-2001.

Setelah tamat SMP, atas bantuan Keuskupan Agats dan para Suster Tarekat Maria Mediatriks (TMM), Pastor Moses Amiset berangkat ke Tual dan menempuh pendidikan Sekolah Menegah Ekonomi Atas (SMEA) di Tual, tahun 2001-2004.

Pada tahun 2005-2006, Pastor Moses Amiset menempuh pendidikan Kelas Persiapan Atas (KPA) di Aimas, Sorong. Selama setahun, Pastor Moses mempersiapkan diri untuk menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar Timur Abepura.

Selanjutnya, sejak tahun 2007, Pastor Moses secara resmi kuliah di STFT Fajar Timur, Abepura. Di tengah tahun kuliah, Pastor Moses mengikuti Tahun Orientasi Rohani (TOR) di Rumah TOR St. Maria Vianey Abepura, pada tahun 2009-2010.

Setelah menuntaskan kuliah S-1 di STFT Fajar Timur Abepura, pada tahun 2014-2015, Pastor Moses menjalankan Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Bayun dalam bimbingan Pastor Martin Selitubun, Pr.

Setelah TOP, ia mengikuti pendidikan Pasca Sarjana di STFT Fajar Timur Abepura, tahun 2016-2017. Setelah selesai Pasca Sarja, Pastor Moses kembali ke Asmat dan mempersiapkan diri menerima tahbisan Diakon.

Pada tanggal 28 September 2017, ia menerima tahbisan Diakon di Atsj. Masa diakonat dilaksanakannya dengan penuh setia di Kamur. Setelah setahun lebih menjadi Diakon, pada Sabtu, 2 Februari 2019, bertepatan dengan perayaan Yesus Dipersembahkan di Bait Allah, Pastor Moses Amiset menerima tahbisan Imam melalui hamba Allah, Uskup Keuskupan Agats, Mgr. Aloysius Murwito OFM.

Pastor Moses Amiset Curuces, Pr adalah Pastor pertama dari tanah lumpur Asmat. Cita-citanya menjadi Pastor bertumbuh sejak kecil ketika ia tumbuh bersama teman-teman sebayanya di kampung Pau.

Kenangannya yang tidak terlupakan adalah saat ia menjadi "Pastor Kecil". Ia mengambil pucuk sagu. Ia memotongnya menjadi seperti hosti dan membagikannya kepada keluarga dan teman-temannya.

"Waktu itu, saya bertindak sebagai "Pastor Kecil". Saya ambil pucuk sagu. Saya iris seperti hosti dan membagi-bagikannya kepada bapa-mama. Saya minta mereka duduk seperti umat duduk di Gereja. Kemudian saya bagikan pucuk sagu seperti Pastor membagikan hosti kepada umat," tuturnya.

Selain itu, di masa remaja, ia merasa tertantang saat membaca buku kecil tulisan Pastor Hubertus Lidi OSC, "Pergumulan Batin Seorang Beorpits". "Tulisan itu masih dalam bentuk draf dan pastor minta kami baca. Waktu itu, saya sudah selesai SMEA di Tual dan sedang bekerja di Delegatus Pastoral (Delpas) Keuskupan Agats.

Selesai membaca buku itu, saya berpikir bahwa kisah itu cocok untuk saya. Saya akan berjuang menjadi imam. Pastor Lidi hanya menuliskan pergumulan orang Asmat melewati jalan menuju panggilan imamat. Tetapi, saya akan memulainya. Saya akan membuka pintu orang Asmat untuk menjadi imam tertahbis," tutur Pastor Moses Amiset.

Perjuangan Pastor Moses Amiset, Pr telah mencapai titik puncak. Ia telah ditahbiskan menjadi imam. Ia menjadi imam Katolik pertama dari Asmat. Ia mengemban misi yang berat di tanah lumpur Asmat. Kehadirannya dalam jajaran hierarki Gereja Katolik Keuskupan Agats akan mewarnai seluruh perjalanan penggembalaan Gereja Katolik Keuskupan Agats di masa depan. 

Kita berdoa supaya Tuhan Allah memberi lebih banyak lagi putra/i Asmat untuk bekerja di ladang-Nya. Ia sendiri sudah memperkenankan Pastor Moses Amiset, Pr membuka pintu yang tertutup selama 66 tahun. Maka, di masa depan, kita percaya, banyak anak muda Asmat akan masuk ke dalam pintu Gereja yang sudah dibuka oleh Pastor Moses Amiset. Dormom. [Agats, Asmat, Sabtu, 2 Februari 2019, pukul 14.45 WIT_Petrus Pit Supardi].

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun