"Dalam melaksanakan tugas, saya memegang prinsip hidup jujur yang diwariskan orang tua kami. Pernah ada pedagang yang mau bayar saya supaya bisa mendapatkan tempat berjualan di pasar, tetapi saya tolak. Saya tidak bisa dibeli dengan uang," tegas Yuli Maniagasi menuturkan liku-liku tantangan yang dihadapinya dalam mengelola pasar Agats, Asmat, 9 Oktober 2018 silam.
Suasana di kantor pasar Agats tampak ramai. Beberapa petugas sedang mengerjakan laporan. Alunan musik membahana memenuhi seluruh isi pasar. Para penjual dan pembeli dihibur dengan berbagai lagu, baik dari Papua maupun dari luar Papua. Di dalam ruangan berukuran 4x6 meter itulah, Yuli dan stafnya mengendalikan pasar Agats.
"Saya ada ruangan khusus untuk kepala pasar, tetapi saya memilih bekerja di ruangan ini bersama para staf. Saya mau langsung kerja bersama dengan staf supaya bisa selesai sesuai target waktu yang telah ditentukan," tutur Yuli.
Sejak Desember 2017, Yuli mendapat kepercayaan sebagai Kepala Seksi Pendataan dan Pendaftaran pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Asmat. Sejak menduduki posisi tersebut, dirinya menggerakkan seluruh stafnya untuk melakukan pendataan dan pendaftaran terhadap semua wajib pajak.
"Kami melakukan sosialisasi Pajak Bumi dan Bangunan dan pendataan objek penerimaan pajak di Kabupaten Asmat. Kami juga mendata semua wajib pajak yang belum terdaftar supaya mereka bisa berkontribusi untuk pembangunan Asmat.
Biasanya, ada wajib pajak yang usahanya tidak lancar, pada waktu kami mau data, mereka marah-marah, tetapi saya menjelaskan dengan tenang dan dari hati ke hati, sehingga mereka bisa menerimanya," tutur perempuan yang lahir di Senggo, pada Oktober 1987 ini.
Berbekalkan pengalaman menjadi Putri Asmat dan Putri Persahabatan Provinsi Papua 2011, Yuli menggunakan teknik komunikasi yang menyentuh sukma setiap pribadi yang dilayaninya.
"Saya biasa bicara dengan semua orang yang saya layani dengan penuh perhatian. Saya mendengarkan keluh kesah mereka. Kemudian, saya menjelaskan maksud dan tujuan saya kepada mereka sehingga seluruh pelayanan saya kepada masyarakat bisa diterima," jelasnya.
Kemampuan Yuli menjadi Kepala Seksi Pendataan dan Pendaftaran mengantarnya pada posisi sebagai kepala Pasar Agats. Pada bulan Februari 2018, ia ditunjuk oleh Kepala BPKAD Asmat, Frans Sinurat sebagai kepala Pasar Agats.
"Waktu saya ditunjuk sebagai Kepala Pasar Agats, saya tolak karena merasa diri tidak mampu, tetapi Pak Frans percaya bahwa saya bisa sehingga saya menerimanya dengan sepenuh hati," kisah Yuli.
Yuli menuturkan bahwa ketika pertama kali beraktivitas di kantor pasar Agats, ia mengumpulkan semua stafnya. Ia minta supaya para staf berlaku jujur. Ia menegaskan bahwa tidak ada lagi sistem jual beli tempat berjualan. Setiap pedagang yang mau mendapatkan tempat berjualan di pasar harus mengikuti mekanisme yang sudah ditetapkan yaitu mendafatar dan mengikuti pelelangan secara terbuka.
"Pernah ada pedagang yang datang bawa amplop kepada saya. Mereka minta supaya dapat tempat berjualan di pasar Agats ini. Saya tolak dengan tegas. Saya minta semua orang harus mengikuti aturan yang ada. Silakan daftar dan ikut pelelangan terbuka," tegas perempuan yang menyelesaikan Sekolah Dasarnya di SD Inpres Atsj ini.
Yuli menuturkan bahwa kehadirannya di pasar Agats merupakan amanat rakyat. Ia berkomitmen melayani semua masyarakat di pasar secara adil. Sebagai perempuan Papua, ia mau membuktikan bahwa perempuan Papua bisa menjadi pemimpin bagi masyarakatnya.
***
"Untuk di Asmat, Bupati kasih modal. Satu Mama, 3 juta. Minggu lalu, Bupati ada bantu 20 Mama. Kalau di Atsj satu Mama  5 juta. Kami ikuti perkembangan Mama-Mama pedagang ini," tuturnya. Â
Sebagai perempuan Papua, Yuli mengatakan bahwa Mama-Mama Papua biasa merasa minder harus bersaing dengan pedagang pendatang, tetapi dirinya memberikan motivasi supaya Mama-Mama Papua tetap berjuang.
"Saya biasa bilang kepada Mama-Mama bahwa berkat pasti akan datang. Dunia pasar ada untung dan rugi. Mama-Mama harus sabar dan tekun. Mama-Mama jual sayur organik. Orang akan belanja di Mama-Mama punya jualan. Saya selalu memberikan motivasi supaya Mama-Mama harus berjuang dan tidak putus asa," tutur Yuli.
Yuli bersyukur bahwa pemerintah daerah Kabupaten Asmat telah membangun pasar khusus untuk Mama-Mama Papua di Agats.
"Saya jelaskan kepada Mama-Mama Papua bahwa pemerintah sudah kasih pasar khusus untuk Mama-Mama di Asmat, sehingga ada perlindungan untuk Mama-Mama. Di pasar ini, Mama-Mama berjualan secara gratis, tanpa bayar retribusi," tambahnya.
Ia mengatakan bahwa biasanya Mama-Mama berjualan di tempat-tempat yang mereka lihat banyak pembeli.
"Ada pasar di sini, tetapi kalau Mama-Mama lihat di tempat-tempat yang ada pembeli, mereka pergi jual di sana. Itu tantangan saya dalam mendampingi Mama-Mama ini," tuturnya.
Sebagai perempuan yang lahir dan besar di tanah Asmat, Yuli mempunyai mimpi khusus bagi Mama-Mama Papua.
"Saya akan mendampingi Mama-Mama supaya mereka bisa manfaatkan hasil jualan mereka untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Mereka harus bisa menabung. Misalnya, setiap hari mereka bisa tabung lima ribu per hari. Dengan tabungan, mereka bisa kasih sekolah anak-anak. Saya punya mimpi mereka tidak minta-minta uang di pemerintah supaya orang tidak anggap remeh mereka," harapnya.
Meskipun demikian, harapan Yuli tidak sepenuhnya bisa dilakukan Mama-Mama. Sebagian besar Mama-Mama belum terbiasa menabung dari hasil jualannya. Seringkali, uang hasil jualan langsung habis dibelanjakan berbagai kebutuhan hidup mereka.
"Saya biasa tanya ke Mama mereka, apakah mereka menabung, tetapi Mama mereka bilang bahwa mereka tidak menabung karena belanja makanan. Saya berharap ke depan harus ada kerja sama dengan Bank supaya ada petugas yang datang ke Mama-Mama setiap sore supaya Mama-Mama bisa stor tabungan," tutur perempuan yang menyelesaikan pendidikan menengahnya di SMA John 23 Merauke pada tahun 2005 silam ini.
Yuli berharap ke depan, ada pendampingan bagi Mama-Mama Papua di Asmat untuk selalu menabung. Kebiasaan menabung harus menjadi bagian dalam hidup Mama-Mama sehingga hasil jualan tidak langsung habis untuk belanja makan dan minum saja. Siapakah yang akan memberikan pendampingan bagi Mama-Mama?
"Sebenarnya, secara pribadi, saya tidak mau urus pasar Mama-Mama di Agats, tetapi Pak Frans sampaikan bahwa hanya saya yang Mama-Mama bisa dengar, sehingga saya bersedia. Untuk bisa bicara dengan Mama-Mama, saya harus bisa "mengambil hati" Mama-Mama. Saya kasih pemahaman kepada Mama-Mama. Kemudian, kami bicara," tutur Yuli.
Yuli menambahkan, "Pernah ada teman-teman dari Satpol PP dan Perindakop mereka bicara, Mama-Mam tidak mau dengar, sehingga mereka datang panggil saya di kantor. Saya pergi ke pasar Mama-Mama dan bicara dengan Mama-Mama mereka," kisah Yuli.
Mama-Mama Papua tidak setiap hari berjualan di pasar yang telah disediakan oleh pemerintah daerah kabupaten Asmat. Mereka berjualan tatkala ada hasil kebun seperti daun singkong, sawi, sayur paku dan lain-lain. Sebagian Mama Papua yang memiliki modal membeli sayur dari para petani di Ayam dan Ewer dan menjualnya kembali di pasar Mama-Mama Papua di Agats.
Menyikapi kondisi demikian, Yuli mengajak Mama-Mama yang tidak berjualan supaya bisa memberikan tempatnya bagi Mama-Mama yang ada jualan. "Saya bicara dengan Mama-Mama supaya mereka yang tidak punya jualan bisa kasih tempat jualannya kepada Mama-Mama yang ada jualan sehingga pasar Mama-Mama selalu ada aktivitas jual beli," tutur Yuli.
Berhadapan dengan Mama-Mama Papua tidaklah muda. "Saya pernah minta kepada Pak Frans supaya berhenti perhatikan Mama-Mama, tetapi Pak Frans bilang kalau bukan saya baru siapa lagi yang mau lihat Mama-Mama ini sehingga saya masih bertahan sampai sekarang," kisah Yuli.
***
Sebagai orang Papua, Yuli berharap setiap orang yang datang ke Papua terlibat memberdayakan orang Papua, bukan melakukan eksploitasi. Ia minta supaya orang Papua, terutama orang Asmat diberdayakan supaya mereka bisa mandiri di masa depan.
"Untuk berbicara dengan orang Asmat, harus ada pendekatan khusus. Saya pikir, kita harus menguasai teknik komunikasi yang sesuai dengan kebiasaan orang Asmat supaya pada saat kita bicara mereka mengerti dan menerimanya," tutur Yuli.
Yuli juga menegaskan bahwa orang Papua, termasuk orang Asmat membutuhkan bukti. "Kalau kita bicara dengan orang Papua, termasuk orang Asmat, mereka minta bukti. Jadi, kita harus kasih contoh dulu supaya mereka lihat dan bisa ikut seperti yang kita bicara. Kalau kita bicara tentang menabung, kita harus tunjukkan dulu bahwa kita juga punya tabungan," tegasnya.
***
Yuli Maniagasi perempuan inspiratif. Di usianya yang masih muda, ia dilantik menjadi Kepala Seksi Pendataan dan Pendaftaran BPKAD Kabupaten Asmat pada Desember 2017. Kemudian sejak Februari 2018, ia mendapat kepercayaan lagi menjadi kepala pasar di Agats.
Ia tidak hanya memimpin pasar sentral Agats, yang terletak di Jalan Dolog Agats dan didominasi pedagang pendatang, melainkan juga pasar khusus untuk Mama-Mama Papua di Jalan Yos Sudarso yang telah diresmikan oleh Bupati Asmat, Elisa Kambu pada 15 Februari 2018 silam.
Di tengah berbagai kesibukan itu, pada bulan Mei 2017, Yuli menjadi anggota Sekretariat Bangun Generasi dan Keluarga Sejahtera Papua (Bangga Papua) Kabupaten Asmat. Ia terlibat sejak mulai pendataan penerima manfaat Bangga Papua (anak Papua asli usia 0-4 tahun), sosialisasi Bangga Papua sampai pencairan dana Bangga Papua pada 12 Desember 2018.
Berbagai usaha dan kerja keras Yuli lahir dari motivasi dirinya untuk melayani sesama orang Papua yang tinggal di Asmat. "Saya belajar dari Bapa saya yang sangat rendah hati untuk melayani orang Asmat. Bapa saya adalah tokoh inspiratif bagi hidup saya," tutur Yuli mengakhiri kisahnya sebagai kepala pasar Agats, Asmat.[].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H