"Pernah ada pedagang yang datang bawa amplop kepada saya. Mereka minta supaya dapat tempat berjualan di pasar Agats ini. Saya tolak dengan tegas. Saya minta semua orang harus mengikuti aturan yang ada. Silakan daftar dan ikut pelelangan terbuka," tegas perempuan yang menyelesaikan Sekolah Dasarnya di SD Inpres Atsj ini.
Yuli menuturkan bahwa kehadirannya di pasar Agats merupakan amanat rakyat. Ia berkomitmen melayani semua masyarakat di pasar secara adil. Sebagai perempuan Papua, ia mau membuktikan bahwa perempuan Papua bisa menjadi pemimpin bagi masyarakatnya.
***
"Untuk di Asmat, Bupati kasih modal. Satu Mama, 3 juta. Minggu lalu, Bupati ada bantu 20 Mama. Kalau di Atsj satu Mama  5 juta. Kami ikuti perkembangan Mama-Mama pedagang ini," tuturnya. Â
Sebagai perempuan Papua, Yuli mengatakan bahwa Mama-Mama Papua biasa merasa minder harus bersaing dengan pedagang pendatang, tetapi dirinya memberikan motivasi supaya Mama-Mama Papua tetap berjuang.
"Saya biasa bilang kepada Mama-Mama bahwa berkat pasti akan datang. Dunia pasar ada untung dan rugi. Mama-Mama harus sabar dan tekun. Mama-Mama jual sayur organik. Orang akan belanja di Mama-Mama punya jualan. Saya selalu memberikan motivasi supaya Mama-Mama harus berjuang dan tidak putus asa," tutur Yuli.
Yuli bersyukur bahwa pemerintah daerah Kabupaten Asmat telah membangun pasar khusus untuk Mama-Mama Papua di Agats.
"Saya jelaskan kepada Mama-Mama Papua bahwa pemerintah sudah kasih pasar khusus untuk Mama-Mama di Asmat, sehingga ada perlindungan untuk Mama-Mama. Di pasar ini, Mama-Mama berjualan secara gratis, tanpa bayar retribusi," tambahnya.
Ia mengatakan bahwa biasanya Mama-Mama berjualan di tempat-tempat yang mereka lihat banyak pembeli.
"Ada pasar di sini, tetapi kalau Mama-Mama lihat di tempat-tempat yang ada pembeli, mereka pergi jual di sana. Itu tantangan saya dalam mendampingi Mama-Mama ini," tuturnya.